Partai Solidaritas Indonesia (PSI) menggelar tes wawancara untuk para bakal calon legislatif (bacaleg) gelombang kedua di kantor DPP PSI, Jalan Wahid Hasyim, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Sabtu (21/4/2018).
Ketua Umum PSI, Grace Natalie, mengatakan, seleksi gekombang kedua ini dilakukan setelah PSI resmi ditetapkan sebagai peserta Pemilu 2019.
“Pada seleksi gelombang pertama, kami belum ditetapkan sebagai peserta pemilu. Tapi, banyak juga yang mendaftar. Lebih dari 1.00 orang. Sangat menggembirakan,” kata Grace.
Dalam seleksi tahap kedua ini, turut menjadi Panitia seleksi yakni Dosen Ilmu Politik UI Sri Budi Eko Wardhani, Mantan Komisioner Komnas Perempuan Neng Dara Afffiah, Mantan hakim Asep Iwan Iriawan, Guru Besar Psikologi Politik UI Hamdi Muluk, Aktivis akti-korupsi Natalia Soebagjo, Dosen Ilmu Komunikasi UI Ade Armando, dan Pengamat Politik dan Direktur Program SMRC Sirojudin Abbas.
Sebagai Pansel pertama dalam seleksi, Natalia Soebagjo memuji seleksi Bacaleg PSI yang dilakukan secara terbuka.
“Saya berterima kasih diajak menjadi panitia seleksi bacaleg PSI. Saya melihat bahwa ini adalah proses seleksi yang luar biasa. Apa yang dilakukan PSI mencerminkan semua yang terbaik dari kita sebagai suatu bangsa,” kata Natalia Soebagjo.
Ketua Dewan Pengurus Harian Perkumpulan Bung Hatta Anti-Corruption Award (BHACA) ini menambahkan, semoga dari proses ini akan muncul nama dan tokoh baru yang memberi harapan, sekaligus menunjukkan bahwa mereka bisa bekerja dan sangat paham akan tanggung jawabnya sebagai anggota legislatif. Sementara, Mantan hakim, Asep Iwan Iriawan, menyatakan ada harapan bahwa perbaikan bangsa ini dimulai dari partai anak-anak muda ini.
“Saya berharap proses seleksi PSI ini diikuti partai-partai lain. Peserta seleksi juga banyak yang bagus. Misalnya, ada yang sudah mapan di Australia tapi terpanggil masuk ke politik,” kata Asep.
Salah satu Bacaleg PSI yang juga penyandang disabilitas asal Sulawesi Utara, Allan Zefo Umboh turut mencoba seleksi Bacaleg PSI. Menurutnya, bangsa Indonesia ada dan besar berkat kaum muda. Untuk itu, dia turut mendaftar sebagai Bacaleg.
“Pertama-tama, Indonesia ini lahir dari kaum muda. Pada 28 Oktober 1928, pemuda membuktikan bahwa Indonesia ini lahir dari kaum muda. Saya yakin kaum muda akan menjadi barometer politik Indonesia. Karena itu, saya tidak ragu lagi bergabung dengan PSI. Karena saya yakin bahwa PSI mampu membawa perubahan demi kepentingan masyarakat Indonesia,” kata Allan.