Semangat Kartini jadi Pelecut Grace Tampil di Panggung Politik

21 April seolah menjadi tanggal sakral bagi perempuan Indonesia. Betapa tidak, pada tanggal ini kita kembali diingatkan pada sosok perempuan tangguh bernama Raden Adjeng Kartini, yang lahir 140 tahun silam. Meski lahir dari kalangan bangsawan, Kartini lantang memperjuangkan kesamaan kaum perempuan di tanah air. Tak heran, hingga saat ini hari kelahirannya itu kita peringati sebagai Hari Kartini.

Kegelisahaan Kartini akan kondisi sosial saat itu yang cenderung teramat sangat diskriminatif bagi perempuan menjadi pelecut semangatnya untuk memperjuangkan kesamaan hak, salah satunya akses terhadap pendidikan. Seringkali Kartini bertukar pikiran dan gagasan dengan sahabatnya di Belanda, melalui sepucuk surat.

Kala itu, berbagai aspek kehidupan perempuan sangatlah terbatas. Bukan hanya dalam hal pendidikan, bahkan dalam hal menentukan masa depan keluarga, membangun rumah tangga pun perempuan tak memiliki kebebasan. Namun, berkat perjuangannya, Kartini dapat menginspirasi banyak perempuan Indonesia untuk bangkit mencapai kesetaraan dengan kaum laki-laki sampai saat ini.

Salah satu perempuan Indonesia yang terinspirasi dari semangat Kartini itu adalah Grace Natalie. Meski umurnya masih tergolong muda, namun mantan jurnalis televisi itu berani terjun ke dunia yang banyak digeluti kaum adam, yaitu politik.

Dalam obrolan ringan dengan JawaPos.combeberapa waktu lalu, ibu dua anak itu mengaku, keinginan dan keberaniannya mengambil jalur perjuangan politik tak datang secara instan. Sama dengan perempuan pada umumnya, Grace yang kini mengomandoi Partai Solidaritas Indonesia (PSI) itu mengalami fase-fase tertentu hingga akhirnya memantapkan langkah di dunia politik.

Grace Natalie, politikus cantik kelahiran 1982, mengajak perempuan Indoensia untuk sadar akan kondisi diskriminatif dan mau memperjuangkan kesetaraan bersama-sama. (Dery Ridwansah/Jawa Pos/JawaPos.com)

“Ada saat maju-mundur maju-mundur juga, ketika kita lagi mempertimbangkan untuk terjun ke dalam politik praktis,” ucap perempuan cantik kelahiran Jakarta 35 tahun silam itu.

Zamannya boleh jadi berbeda jauh dari zaman Kartini. Namun, ada kegelisahan dalam diri Grace melihat kondisi sosial, hingga mendorongnya untuk berpolitik praktis. Dia melihat citra politik yang kini sangat buruk di mata masyarakat.

Saling sikut antargolongan yang punya kepentingan, hingga kasus-kasus korupsi yang merugikan negara. Belum lagi, diskriminasi juga masih ia rasakan dalam berbagai bentuk produk hukum yang tak menguntungkan posisi perempuan.

“Sudah banyak Perda-Perda (Peraturan Daerah) yang sangat diskriminatif kepada perempuan. Ada jam malam, berpakaian, atau peraturan-peraturan lainnya yang mengatur spesifik tentang perempuan. Sedangkan yang laki-laki, tidak diatur,” tuturnya gelisah.

“Jadi, diskriminasi itu sudah ada, tanpa kita masuk ke dalam politik. Jadi, nothing to lose juga,” imbuh Grace.

Kondisi sosial itulah yang membuatnya berani untuk speak up dan tampil. Menurutnya, apatisme perempuan Indonesia terhadap diskriminasi yang ada saat ini justru akan membuat kaum hawa semakin tersiksa.

Sehingga, rasa-rasanya kata Grace, tak ada pilihan lain kecuali ikut terjun ke dunia politik jika ingin memengaruhi dan membuat kebijakan yang pro perempuan. “Jadi, kita membeli dan memperjuangkan kesempatan. Kalau kita berjuang, ada kemungkinan kita berhasil. Kalau nggak, tidak ada perubahan. Seperti sekarang,” tegasnya.

Mengakhiri perbincangan, Grace pun menyampaikan pesan kepada para perempuan di Indonesia yang masih ragu terjun ke dunia politik. Intinya, tidak perlu takut memulai bersama-sama. Sebab, semakin banyak perempuan yang masuk dunia politik, kekuatan perempuan memperjuangkan nasibnya bakal semakin besar.

“Soal takut atau tidak, itu tergantung manage kita. Kalau kita sendirian, bakal mudah dipatahkan. Kalau kita bersatu dan banyak jumlahnya, banyak di parlemen, nanti akan menjadi kekuatan yang besar,” ucap Grace.

“Jadi, kita butuh kekuatan perempuan Indonesia yang banyak dan berkualitas untuk memperjuangkan hal itu bersama-sama,” pungkasnya. (ce1/aim/est/JPC)

Sumber

Recommended Posts