Partai Baru, Harapan Baru akan Politisi Bersih

Partai baru yang akan berlaga di Pemilihan Umum (Pemilu) 2019 mendatang diminta untuk mempersiapkan para calon legislatif (caleg) yang bersih.

Di Pemilu 2019, Komisi Pemilihan Umum (KPU) meloloskan empat partai baru, yakni Partai Garuda, Partai Berkarya, Partai Solidaritas Indonesia (PSI), dan Partai Persatuan Indonesia (Perindo).

Ketua Lingkar Madani Indonesia, Ray Rangkuti mengatakan, tren di pemilu saat ini, paling khusus adalah soal caleg yang bersih. Caleg-caleg yang bersih akan memberikan keuntungan bagi partai itu sendiri, terlebih partai baru.

“Tren sekarang adalah caleg bersih sehingga partai baru peluangnya besar jika kinerja partai politik lama buruk. Tinggal mereka (partai baru) mampu menjadi sesuatu yang beda,” ujar Ray di Jakarta, Minggu (4/3).

Ia mengatakan, keempat partai baru tersebut memiliki peluang menjadi partai besar, kendati di 2019 ini sulit. Rasio identifikasi pemilih terhadap partai di Indonesia tidak lebih dari 10 persen karena mayoritas masyarakat tidak berbagi ideologi dengan partai tertentu. Artinya, mayoritas 90 persen tidak mengidentifikasi ideologi dalam memilih parpol.

Bermunculannya partai-partai baru juga menurutnya karena ada kekecewaan yang tinggi terhadap parpol yang sekarang, khususnya partai-partai yang perwakilan legislatifnya mengeluarkan UU MD3 seperti yang saat ini terjadi.

“Kalau partai mampu mengidentifikasi mereka sebagai partai baru, berani melakukan koreksi terhadap apa yang dicapai dan diputuskan parpol sebelumnya, boleh jadi kans mereka (partai baru) jadi tinggi,” katanya.

Jika partai-partai baru tersebut menyuarakan dan terus menerus mengisukan hal-hal yang sedang menjadi isu hangat, katanya, maka ia meyakini mereka akan dilirik oleh masyarakat. Terutama isu-isu yang dinilai masyarakat bisa merugikan, contohnya seperti persoalan UU MD3.

“Saran saya, sikapi UU yang dikeluarkan partai, lama lalu buktikan caleg-caleg mereka kalian bersih,” katanya.

Ia melihat, salah satu partai baru yang sudah memiliki tekad untuk menghasilkan caleg-caleg bersih adalah PSI. Mereka, katanya, memastikan track record yang akan menjadi caleg dari partainya serta menguji visi-misi hingga akhirnya ditetapkan sebagai caleg.

Jika partai yang dipimpin oleh mantan jurnalis, Grace Natalie tersebut berlanjut menerapkan hal seperti itu, katanya, maka bisa saja mereka mengambil ceruk pasar yang besar. Pemilihnya, katanya, merupakan pemilih partai tapi tidak memiliki keterikatan yang kuat terhadap partai-partai lama.

Generasi saat ini juga sudah berbeda dengan generasi sebelumnya. Apalagi pemilih di 2024 mendatang merupakan generasi tahun 2000 yang isunya sudah pasti meninggalkan isu-isu lama, termasuk tak melirik lagi isu orde baru.

Orde baru yang terbaca sejauh ini adalah soal perampasan Hak Asasi Manusia (HAM) dan sistem politik yang ketat. Jika ada partai baru saat ini yang mengangkat kesuksesan di zaman orde baru, katanya, maka hal itu tidak cocok dengan gaya generasi milenial saat ini yang terbuka dan bebas.

“Orang yang masih menyukai orde baru sebetulnya karena masih suka bersentuhan secara baik dengan orde baru atau pernah merasa hidup senang saat itu. Partai akan kesulitan maju kalau yang diusung masa lalu di tengah tren seperti ini,” katanya.

Salah satu partai baru yang mengusung orde baru adalah Partai Berkarya yang didirikan oleh salah satu keluarga Cendana, yakni Hutomo Mandala Putra atau Tommy Soeharto yang tak lain adalah putra bungsu Presiden RI kedua, Soeharto.

Sementara partai baru lainnya seperti Partai Garuda yang dipimpin Ahmad Ridha Sabana mengusung anak muda seperti PSI, sedangkan Partai Persatuan Indonesia yang dibentuk oleh pengusaha Hary Tanoesoedibjo menitikberatkan pada ekonomi kerakyatan.

Sumber

Recommended Posts