Partai Solidaritas Indonesia atau disingkat (PSI) adalah partai politik baru. Partai yang membawa identitas dengan tagline “kebajikan dan keragaman”.
PSI berpijak pada kesadaran bahwa politik sejatinya adalah hal yang baik. Meski kini, kata “baik” dan “politik” lebih sering bersimpang jalan. PSI hadir untuk mendekatkan kembali politik kepada kebajikan. Hal ini sesuai dengan tujuan hadirnya PSI dalam percaturan politik di Indonesia.
“PSI memang partai baru, hadir membawa identitas dengan tagline (kebajikan dan keragaman),” kata Ketua DPW PSI Sulsel, Fadli Noor.
Fadli menjelaskan, hadirnya PSI di Sulsel, dibangun berdasarkan jejaring pertemanan dari mantan aktivis kampus yang dengan pemikiran cemerlang ingin menghadirkan sebuah partai akan membawa kebaikan di Sulsel.
Lanjut dia, PSI lahir dan hadir di Sulsel sejak 2015 dengan membangun jaringan antar kelompok, juga membentuk forum sehingga menjadi parpol baru ikut andil dalam proses demokrasi di Indonesia pada umumnya.
Selain itu, kata dia. PSI lahir untuk merespona kecenderungan perubahan sosial-politik generasi baru. Menurutnya, generasi baru dalam internal PSI pada umumnya berharap lahirnya pemimpin-pemimpin yang bisa dipercaya, berintegritas, peduli pada rakyat, dan kompeten.
“Dilihat dari sejarah berdirinya Partai ini. Gambaran umum PSI hadir di Sulsel tahun 2015 silam, dibangun berdasarkan jejaring pertemanan dari mantan aktivis kampus untuk ikut dalam percaturan politik di Sulsel,” katanya.
Ia berpendapat, secara sadar, PSI dibentuk dengan tidak bersandar pada satu tokoh sentral. Sesuai dengan perubahan sosial saat ini, generasi politik baru cenderung menuntut kesetaraan dan inklusivitas politik yang lebih besar.
Dijelaskan, PSI memandang bahwa politik adalah kebajikan, sumber kebaikan bagi kepentingan orang banyak. Demokrasi meletakkan peran sentral partai politik sebagai institusi yang bertugas mendengar dan menyalurkan aspirasi rakyat, termasuk menjadi rahim yang melahirkan pemimpin-pemimpin masyarakat.
“Karenanya, seluruh orientasi dan kerja politik PSI difokuskan untuk menggagas dan memutuskan kebijakan-kebijakan publik yang membawa kebaikan bagi rakyat,” terangnya.
Di Sulsel, kata Fadli, PSI telah terbentuk di 24 kab/kota. Keanggotaan saat ini mencapai sekitar 8.000-an orang lebih. Lanjut dia, jumlah anggota berbeda-beda setiap daerah mengacu pada angka minimal keanggotaan sebagai syarat verifikasi berdasarkan UU Parpol yang dituangkan dalam SK KPU 165/2017.
Ia mengakui, di PSI Sulsel saat ini belum ada politisi senior yang bergabung. Syarat menjadi pengurus di PSI hingga ke tingkat kecamatan adalah tidak pernah menjadi pengurus harian parpol lain.
“Jadi, pengurus PSI yang ada saat ini relatif adalah anak muda yang belum pernah ber-parpol sebelumnya,” ungkapnya.
Dia menambahkan, PSI menjunjung tinggi nilai-nilai keterbukaan, baik dalam hal setara dan sama-sama antara perempuan dan laki-laki punya derajat yang smaa dalam hal jabatan politik.
Disebutkan, PSI juga mampu membuktikan diri bahwa wanita tidak dapat diremehkan dalam kancah perpolitikan nasional. Bahkan, di PSI, menurut data terakhir, sudah memiliki 30 persen wanita dalam struktur kepengurusan sehingga bisa terjun ke dunia politik.
“Sehingga, di semua level kepengurusan, tentu kehadiran perempuan memenuhi kuota 30 persen,” pungkasnya. (*)