Korupsi dan Politik Intoleran, Tantangan Berat Bangsa Indonesia

Peran Pemuda Indonesia merajut nilai kebangsaan, terus mengalami tantangan. Politisi Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Surya Tjandra, mengatakan, setidaknya ada 4 hal nyata tantangan ke depan bangsa Indonesia.

Pertama korupsi masih sangat masif. Kedua, saat ini sangat terasa politik yang digunakan adalah politik intoleran.

“Dengan strategi membelah masyarakat, akan lebih mudah dapat suara. Pengguna politik intoleran tidak berharap dapat 80 persen suara, tapi hanya butuh 50 + 1 suara. Ketiga,
penyingkiran sistematis kaum muda terhadap politik. Politisi tidak suka dengan gagasan pembaharuan yang diwakili kaum muda. Kaum muda hanya disapa jelang pemilu, setelah itu dilupakan,” ucap Surya saat hadir di Forum Diskusi Ekonomi Politik (FDEP) disampaikan melalui rilis, Senin (30/10).

Yang terakhir, ada gerakan kelompok elite politik dalam memenangkan kekuasaan menggunakan strategi populisme, yaitu membenturkan kelas bawah dengan kelas di atasnya.

“Sayangnya strategi populisme yang dilakukan kelompok elite ini adalah populisme berdasar agama yang rentan konflik,” tutur Surya.

Untuk mengatasi soal intoleransi dan korupsi ini, maka diperlukan cara yang berbeda. Ketua Kebangkitan Indonesia Baru (KIB) Reinhard Parapat, menyebut perlunya pembelajaran, baik di dunia akademisi ataupun di dalam pekerjaan.

“Kita perlu melakukan edukasi bahwa intoleransi ini akan menuju kehancuran,” jelas Reinhard.

Dia pun menuturkan, semua pihak jangan sampai terpancing. “Jangan sampai terpancing dengan strategi politik identitas yang hanya berorientasi kekuasaan,” pungkas Reinhard. [rnd]

Sumber

Recommended Posts