Danik Wasekjen PSI: Parlemen Diisi Orang Baik Akan Hasilkan Kebijakan Pro-Publik

Danik Eka Rahmaningtiyas yang hadir dalam diskusi publik “Politik anak muda di era milineal” yang dilakukan Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Kabupaten  Jember kembali mendorong anak-anak muda untuk mengambil peran yang lebih besar dalam proses demokratisasi di Indonesia.

Wasekjen PSI itu mengatakan, peran anak muda dalam proses politik masih sangat minim. Politik masih dianggap kotor.

Parlemen masih diisi orang-orang lama. Kita aktivis muda gagal mengambil peran di dalamnya.
Akibatnya, korupsi menguat dan minimnya kebijakan pro-publik.

“Berangkat dari realitas politik saat ini. Kami anak-anak muda berinisiatif mendirikan Partai Solidaritas Indonesia. Kami menyiapkan panggung buat anak-anak muda, aktivis pro-demokrasi, dan orang-orang baik. Kami melihat bila parlemen diisi anak-anak muda yang baik dan punya komitmen yang kuat, maka parlemen akan menghasilkan kebijakan yang pro-publik,” urai Danik

Aktivis muda asal Ambulu ini saat berdiskusi di cafe D Brantas’s Jalan Brantas-Jember, Minggu (22/10/2017).

Ditambahkan Danik, bahwa Indonesia saat ini diuntungkan bonus demografi. Di mana penduduk usia produktif 18-40 tahun berkisar 50%, dan diperkirakan akan mencapai 70% di akhir tahun 2030.

Menurutnya ini akan menjadi modal dasar bagi pembangunan Indonesia.“Bonus demografi ini, seharusnya menjadi modal dasar bagi kita mendorong perubahan. Tapi syaratnya, kita harus mengambil bagian dalam pengambilan kebijakan.” ungkap Mbak Danik dalam keterangan tertulis yang diterima redaksi beritajatim.com.

Di tempat yang sama, Martin -wartawan senior-Jember, bersepakat apa yang dijelaskan Mbak Danik. Ia juga berharap PSI yang digagas anak-anak muda, bisa tampil beda dengan Parpol yang sudah ada.  “Politik Anak muda harus anti mainstream,” ujarnya.

Sementara itu, Wawan Kataro, penggiat media sosial-Jember, melihat adanya peluang besar anak muda untuk terjun di Parpol. Apalagi, sekarang era media sosial sebagai ruang kampanye.

“Kita sekarang ini sudah dimanjakan tekonologi, apa-apa bisa kita muat di media sosial. Semua ini bisa kita manfaatkan untuk menyampaikan gagasan untuk mempercepat perubahan. PSI bisa memanfatkan ruang-ruang media sosial,” ujar Wawan.

Diskusi publik yang mengambil tempat di Cafe D’berantas, dihadiri  aktivis mahasiwa, komunitas Desa, PDJI, IPM, BEM-Mandala, HMI-Jember, KNPI, dan organisasi perempuan.[ted]

Sumber

Recommended Posts