Generasi Milenial Tentukan Arah

Tsamara meyakini, jika ingin membenahi sistem, maka harus masuk ke dalam sistem

Kompas – Generasi milenial tak lagi di pinggiran. Generasi yang lahir antara tahun 1980 dan 1999 ini telah menjadi penentu arah dalam berbagai bidang. Cara berpikir dan mencari solusi sangat berbeda dibandingkan dengan generasi sebelumnya. Organisasi lama, meski tetap hidup, perannya makin kecil. Energi milenial akan mengubah arah bangsa ke depan.

Chief of Operation & Data Science OLX Doan Lingga (35), Head of Business Go-Food Nadia Tenggara (28), Ketua Bidang Eksternal Dewan Pimpinan Pusat Partai Solidaritas Indonesia Tsamara Amany Alatas (21), Vokalis Giring Ganesha (34), pendiri Komunitas Gubuak Kopi Albert Rahman Putra (26), perintis Jawara Banten Farm Nur Agis Aulia (28), Social & Brand Activation Lead Bank BTPN Dimas Novriandi (36), dan Head of Marketing Koin Works Jonathan Bryan (29) adalah sebagian generasi milenial yang telah melakukan perubahan dan memberi makna bagi organisasi dan masyarakat. Mereka menentukan arah dalam berbagai bidang melalui karya-karya mereka. Mereka ditemui dan diwawancarai di beberapa tempat pekan lalu.

Doan Lingga mengatakan, dirinya masuk OLX, tempat berjualan barang bekas berbasis digital, tiga tahun lalu. Ia ikut membangun infrastruktur data yang dapat diandalkan dan menerjemahkan informasi dari para pengguna agar perusahaan bisa membuat keputusan lebih baik. Pada waktu ia masuk, baru ada satu ahli data. Kini, OLX telah memiliki 15 ahli data.

OLX Indonesia pernah ikut kompetisi OLX global dan menjadi juara kedua. Hasil ini membuat mereka merasa bisa membangun sebuah tim dan ekosistem yang bisa bicara di ranah global “Saya bangga dengan pekerjaan ini karena saya bisa ikut membangun tim dan membantu orang hanyak melalui berbagai inovasi dengan basis data. Dengan berbagai data, mereka bisa membuat produk, melayani konsumen, dan membuat manajemen bisa mengambil keputusan dengan lebih baik lagi,” katanya.

Hasil kerja mereka rata-rata menghasilkan 1 juta transaksi dalam sebulan, 3,5 juta barang terjual, dengan nilai transaksi Rp 30 triliun-Rp 35 triliun.

Cara berpikir

Nadia Tenggara menjelaskan, mayoritas karyawan di Go-Food berusia di bawah 30 tahun. Menurut dia, ini adalah kejadian lumrah di perusahaan rintisan bidang teknologi. Keberadaan anak muda menawarkan kebaruan cara berpikir, adopsi teknologi, dan budaya kerja. Suara mereka amat didengar dan diakomodasi oleh perusahaan. Kolaborasi selama bekerja tidak bersifat vertikal, tetapi horizontal. Dengan begitu. tercipta keterikatan yang kuat. Saat ini, Go-Food, salah satu layanan Go-Jek, telah berada di 50 kota dengan 150.000 rumah makan hingga pedagang kaki lima yang bergabung.

Dimas Novriandi mengatakan, salah satu pekerjaannya adalah berkomunikasi dengan berbagai komunitas. Tujuannya adalah mengedukasi mereka tentang keberadaan Jenius, salah satu produk Bank BTPN, dan kemudian mengajak mereka untuk menjadi nasabah. Ia mengakui, cara berkomunikasi ini lebih efektif daripada menggunakan media lain.

“Teman meyakinkan teman. Mereka lebih percaya kepada teman. Salah satu yang membuat saya bersemangat bekerja seperti ini karena saya bekeija bukan buat saya saja, tetapi buat orang lain. Saya mengajari mereka dari mulai cara menabung yang baik hingga cara mengelola keuangan yang baik,” kata Dimas.

Strategi Jenius itu membuahkan hasil. Hanya dalam waktu setahun, pengunduh aplikasi Jenius telah mencapai 3 juta. Untuk ukuran usaha rintisan, jumlah ini tergolong tinggi.

Head of Marketing Koin Works Jonathan Bryan menuturkan, salah satu keunggulan korporasi yang sebagian besar pengelolanya anak muda adalah respons yang lebih cepat terhadap perkembangan teknologi. “Anak-anak muda sudah terpapar teknologi dan perkembangan internet sejak kecil. Respons anak-anak muda terhadap perkembangan teknologi informasi dan internet lebih cepat sehingga bisa menghasilkan produk yang sesuai dengan kebutuhan anak-anak muda,” ujarnya.

Membangun jaringan

Tsamara Amany menceritakan, dirinya berperan dalam membangun jaringan dengan komunitas-komunitas yang umumnya merupakan anak-anak muda. Sebagai anggota partai politik yang ingin partainya jadi wadah anak-anak muda, ia berupaya mendorong anak-anak muda peduli pada politik dan belajar bersama-sama di dunia politik.

Tsamara berkontribusi bukan hanya bagi Partai Solidaritas Indonesia (PSI), melainkan juga bagi anak-anak muda dengan memberikan inspirasi agar anak muda berani terjun ke dunia politik dan menjadikan politik sebagai alat untuk mencapai kebaikan bersama. Tsamara meyakini, jika ingin membenahi sistem, maka harus masuk ke dalam sistem.

Selain aktif menjadi pengurus partai politik, ia juga berencana mencalonkan diri menjadi anggota legislatif pada Pemilu 2019. Sebagai anak muda, dia juga ingin bertarung menuju parlemen dengan cara-cara yang berbeda pula, misalnya dengan model pendanaan kampanye berkerumun.

Peduli kemiskinan

Nur Agis Aulia telah merintis Jawara Banten Farm sejak lulus kuliah, 2013. Bagi Agis, kemiskinan dan pengangguran terbesar adanya di desa, sedangkan potensi dominan di desa adalah pertanian. Apabila sektor pertanian stagnan, hal itu akan menjadi malapetaka bagi negeri ini.

Untuk itulah, kata Agis, Jawara Banten Farm hadir. Lembaga ini memberikan sentuhan inovasi terkait model bisnis pertanian. Di lembaga itu, petani dan peternak tidak harus menunggu panen tiga bulan, enam bulan, atau satu tahun untuk mendapatkan hasil. Namun, bisa dengan siklus panen harian, mingguan, bulanan, dan tahunan.

“Ini secara cepat untuk dapat memutus rantai ketergantungan petani peternak pada tengkulak lintah darat atau bandar karena petani berutang untuk memenuhi kebutuhan harian, mingguan, bulanan, tahunannya,” kata Agis.

Sementara itu, dari Kota Solok, Sumatera Barat, Albert Raliman Putra mendirikan Komunitas Gubuak Kopi yang memfokuskan pada bidang literasi media. “Kami mengajak warga, baik anak-anak, remaja, maupun dewasa, untuk mengenal cara kerja media melalui kegiatan kreatif atau kesenian,” ujar Albert.

Salah satu program kegiatan nya adalah Daur Subur yang fokus pada pengembangan media dalam mengangkat konten-konten lokal, baik untuk Solok maupun Sumatra Barat.

Melihat perkembangan ini, Giring Ganesha meminta para warga senior bersikap sportif. Generasi senior, terutama para politisinya, menurut dia, sering memberikan contoh yang tidak baik kepada anak muda. “Para orang-tua kita aneh-aneh saja. Cobalah bersikap sportif melihat kemajuan sekarang. Sikap seperti itu sekaligus memberi contoh yang baik kepada generasi muda,” katanya.(SIE/GAL/TRI/MED/MAR/AHA)

Sumber Koran Harian Kompas, 23 Oktober 2017

Recommended Posts