Kelanjutan pembangunan di kepemimpinan Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan dan Sandiaga Uno harus dikontrol. Partai Solidaritas Indonesia DKI Jakarta pun menginisiasi sebuah platform berbasis web yang dinamakan ‘Kawal Jakarta’.
Wakil Ketua PSI DKI Jakarta, Rian Ernest mengatakan, ‘Kawal Jakarta’ berguna untuk menjaga kinerja kepemimpinan baru. Web tersebut diharapakan bisa menjaga birokrasi DKI Jakarta dari tindakan korupsi.
“Masalah utama birokrasi kita adalah korupsi. Dan ini harus kita kawal terus. Jika sebagai warga Jakarta kita tidak peduli, maka aktor-aktor koruptif akan langgeng mencuri anggaran daerah.” kata Rian dalam keterangan tertulisnya, Jakarta, Selasa, 17 Oktober 2017.
Rian menyampaikan, web tersebut juga bisa mendorong pemerintah untuk memperhatikan hal-hal yang belum disadari. Misalnya, melalui open data e-budgeting maka mayarakat bisa memantau langsung dan berpartisipasi mengawal anggaran.
“Di platform kawaljakarta.id, kita bisa mengawal Janji Gubernur dengan melakukan monitor terhadap perkembangan dan realisasi dari janji-janji tersebut. Apakah sudah dilaksanakan, sedang dilaksanakan, belum dilaksanakan, atau tidak dilaksanakan.” jelas dia.
PSI resmi menjadi partai oposisi yang konstruktif. PSI akan mengevaluasi dan monitoring kinerja gubernur dan wakil gubernur Baru, mengapresiasi langkah progresif yang dilakukan pemerintah dan mengkritisi apa yang kurang.
“Kita tidak mau menjadi oposisi yang menjelekkan. Bagaimanapun, proses demokrasi telah menetapkan pasangan Bapak Anies-Sandi menjadi gubernur. Kita dukung. Namun, kita juga harus kawal. Jika pemerintah melakukan hal bagus, kita angkat dan apresiasi. Namun jika ada yang belum sempurna, juga kita angkat.” terang Rian.
PSI Jakarta mengajak NGO, komunitas masyarakat sipil, organisasi anak muda, dan lainnya untuk berkolaborasi bersama. Sebagai warga, lanjut dia, berhak memastikan anggaran daerah dan kinerja birokrasi DKI Jakarta profesional dan bersih.
Anies-Sandi berhasil menuju Balai Kota setelah menang pada putaran kedua Pilkada DKI Jakarta. Pada 5 Mei lalu, KPU DKI Jakarta menetapkan pasangan Anies-Sandi sebagai peraup suara terbanyak di Pilkada DKI.
Saat itu, pasangan Anies-Sandi memeroleh 57,96 persen suara atau sebanyak 3.240.987 suara. Sementara pasangan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)-Djarot Saiful Hidayat hanya mendapat suara sebanyak 42,04 persen atau 2.350.366 suara.
Sebelumnya pada putaran pertama, Anies-Sandi memeroleh 2.197.333 suara atau 39,95 persen, kalah dari Ahok-Djarot dengan 2.364.577 suara atau 42,99 persen. Namun saat itu, Anies-Sandi unggul atas pasangan Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni yang memeroleh 937.955 suara atau 17.07 persen.
Sehari setelah Pilkada, Anies sempat bertandang ke Balai Kota untuk menemui Ahok yang pada saat itu masih menjabat sebagai gubernur. Upaya ini dilakukan sebagai langkah konsolidasi sebelum melakukan transisi kepemimpinan di Ibu Kota.