Datangi Universitas Brawijaya Malang, Tsamara Ajak Pemuda Tak Alergi Politik

Aktivis Tsamara Amany menjadi salah satu pembicara dalam diskusi bersama bertema Kontribusi Pemuda dalam Mewujudkan Pembangunan Berbasis Kerakyatan yang diadakan oleh Ilmu Politik Universitas Brawijaya (UB), Jumat (15/9/2017).

Dalam kesempatan itu ia membagikan pengalamannya ketika memutuskan untuk terjun ke dunia politik dan menjadi ketua DPP partai baru bernama Partai Solidaritas Indonesia (PSI).

“Saya dulunya sangat anti dan benci dengan politik. Bahkan saya pernah mengunjungi Mahkamah Konstitusi saat saya berusia 19 tahun dan marah-marah pada para hakim dan mengatakan bahwa partai politik itu tidak ada gunanya dan tidak ada upaya untuk menampung aspirasi masyarakat,” cerita mahasiswi Universitas Paramadina Jakarta itu.

Mahasiswi Ilmu Komunikasi itu kemudian magang di kantor gubernur DKI Jakarta pada bidang perijinan usaha.

“Saat itu pengajuan ijin usaha membutuhkan waktu 150 hari jika sesuai dengan SOP, bahkan ada yang sampai membutuhkan waktu 1 tahun. Saat itu Jokowi menargetkan DKI Jakarta untuk meraih ranking 40 di kemudahan ijin usaha. Maka kami usahakan agar ijin usaha bisa didapat dalam 36 jam,” kata Tsamara.

Dari situ, ia melanjutkan, keinginannya untuk masuk ke dunia politik pun menjadi sangat kuat.

“Kalau anak magang saja bisa mengubah suatu sistem menjadi lebih baik dan membantu orang banyak, maka anak muda lain pasti bisa mengubah negara menjadi lebih baik jika ada yang memegang kekuasaan,” tuturnya.

Sumber

Menurutnya, politik dan kekuasaan bisa digunakan untuk mengubah sistem menjadi lebih baik, namun juga bisa memacu tindakan buruk seperti korupsi. Tergantung siapa yang menggunakan dan digunakan untuk apa kekuasaan dan politik tersebut.

“Di dunia sudah mulai muncul tren anak muda terjun ke politik. Anak muda Indonesia juga bisa mengalami tren kebangkitan politik. Malah, masyarakat sebenarnya rindu adanya gerakan dan kepedulian dari anak muda dan mahasiswa. Mereka rindu dengan suara lantang mahasiswa seperti dulu,” ujarnya.

Tsamara meyakini, anak muda Indonesia tidak apatis. Malah justru sebagian besar mereka skeptis pada politik karena sudah memahami bagaimana sistem politik di Indonesia. “Saya sering berkenalan dengan lulusan Ilmu Politik yang tidak mau terjun ke politik karena mereka tahu betul bagaimana bobroknya sistem politik,” katanya.

Ia pun mengajak para pemuda untuk berpolitik dengan cara mereka masing-masing sebagai bukti mencintai dan peduli pada tanah air. “Indonesia butuh setiap anak mudanya yang cinta tanah air untuk bersuara lantang,” tutupnya.

Recommended Posts