Saya mengabarkan pertama kali hendak mendaftar Caleg melalui Partai Solidaritas Indonesia (PSI) kepada Grup WhatsApp “Kongkow Bareng Gus Dur” (KBGD), yang berisi santri-santri Gus Dur sejak acara Kongkow Bareng Gus Dur di JakNews FM dan KBR68H (2004-2009). Grup ini sudah saya anggap sebagai keluarga yang pernah menemani Gus Dur secara rutin khususnya setiap Sabtu pagi dan hingga kini masih terus mencintai Gus Dur.
Dari anggota Grup ini ada yang bertanya, “Mengapa saya masuk politik, dan mengapa memilih PSI?”
Saya mencoba menjawab pertanyaan saudara saya itu, dan untuk Anda yang mungkin memiliki pertanyaan yang sama:
Mengapa Saya Masuk Politik?
Saya masuk politik karena ingin lebih bermanfaat lebih banyak lagi bagi orang banyak. Politik adalah perjuangan untuk menegakkan kepentingan orang banyak.
Saya teringat ucapan Gus Dur (KH Abdurrahman Wahid) yang sering mengatakan “Politik merupakan pekerjaan yang sangat mulia, karena memperjuangkan nasib orang banyak.”
Inilah definisi politik yang saya yakini sebagai khittah politik, dari tokoh yang mengerti politik secara teori dan praktik, dari sosok yang telah melakukan kerja-kerja politik baik dari jalur kultural (ormas dan masyarakat sipil independen) maupun jalur struktural (partai politik, pemerintahan dan negara).
Pernyataan Gus Dur tadi, selain sebagai kesaksian beliau sebagai pelaku juga terinspirasi dari kaidah fiqih Islam, yang nantinya populer di fiqih politik (fiqh siyasi) yang menyebutkan bahwa tasharruful imam ala ra’iyyah manuthun bil mashlahah—segala tindakan dan kebijakan oleh seorang pemimpin haruslah berdasarkan dan tunduk— “manut”—pada kemaslahan dan kepentingan rakyat atau pihak yang dipimpinnya, yakni ra’iyyah—dari sini pula istilah rakyat dipetik.
Dari teori politik klasik Yunani, Aristoteles juga mendefinisikan politik sebagai “usaha warga negara untuk mewujudkan kebaikan bersama”.
Maka, maqashid dan ‘illah atau raison d’être atau tujuan dan sebab utama dari politik adalah “memperjuangkan nasib orang banyak”—dalam kalimat Gus Dur tadi—para pemimpin, politisi harus tunduk/“manut” pada kepentingan rakyat (bukan sebaliknya) yang tujuannya untuk mewujudkan kebaikan bersama.
Bila saya ditanya mengapa saya masuk politik? Saya ingin mengembalikan politik pada khittahnya, pada dasar dan habitatnya, yakni “memperjuangkan kepentingan orang banyak”.
Politik bukan intrik yang menghalalkan segala macam cara hanya untuk memperoleh kekuasaan semata. politik adalah membuat policy—kebijakan yang berdasarkan kepentingan orang banyak, baik kebijakan dalam bentuk peraturan dan perundang-undangan, serta anggaran yang memastikan kepentingannya untuk rakyat.
Selama ini juga sebenarnya saya melakukan kerja-kerja politik di jalur kultural, saat saya masuk partai politik, berarti saya menyempurnakan kerja-kerja politik saya sebelumnya. Dan yang membuat saya bergairah, dengan masuk jalur struktural, maka kerja-kerja politik yang selama ini saya lakukan akan lebih efektif dan berdampak besar, misalnya bila saya diberikan kesempatan untuk membuat kebijakan.
Mengapa PSI (Partai Solidaritas Indonesia)?
Saya menemukan jiwa saya di PSI. Dalam istilah anak-anak muda Jakarta “PSI gue banget.”
Dalam dua tahun ini saya mengamati, mempelajari dan mendekati, akhirnya saya menemukan visi dan misi perjuangan PSI sesuai dengan apa yang saya perjuangkan selama ini: melawan intoleransi dan melawan korupsi.
Saya berasal dari komunitas yang berjuang menciptakan kedamaian dan pernah merasakan pula bahaya dan dampak dari intoleransi ini.
Bagi saya, segala persoalan yang terkait dengan kebencian, kekerasan, permusuhan, terorisme, radikalisme, diskriminasi, ekstrimisme, separatisme, hingga peperangan berakar pada intoleransi. Sebabnya adalah tidak mau toleran dan tidak mau menerima perbedaan. Intoleransi yang dibiarkan akan melahirkan kebencian, kemudian permusuhan, yang rentan mematik kekerasan hingga peperangan.
Demikian pula dengan masalah ketimpangan sosial dan ekonomi. Rakyat yang tidak sejahtera dalam kemiskinan, birokrasi yang tidak mengurus dan berpihak pada rakyat dan pemerintahan yang tidak bersih karena penyebab utamanya adalah korupsi.
Karena korupsi pula sebabkan kemiskinan, kebodohan, ketimpangan sosial dan ekonomi secara struktural. Baik korupsi yang terjadi dalam politik kebijakan dan anggaran.
Politisi korup tidak hanya mencuri duit rakyat tapi juga ia melakukan korupsi secara struktural, melakukan korupsi kebijakan, sehingga kebijakannya hanya berpihak pada kepentingan mereka saja, bukan pada rakyat.
Intoleransi menghancurkan bangsa, sementara korupsi menghancurkan negara.
PSI mendefinisikan politik sebagai kebajikan. “Memperjuangkan nasib orang banyak” adalah kebajikan. “Kebijakan yang tunduk pada kemaslahatan orang banyak” adalah kebajikan. “Mewujudkan kebaikan bersama” adalah kebajikan. Inilah politik sebagai kebajikan.
Saya percaya PSI adalah kumpulan politisi-politisi muda yang memperjuangkan prinsip politik sebagai kebajikan.
Maka politik menarik bagi saya selama terkait maslahat orang banyak. Politik itu baik selama di tangan politisi bajik, tapi politik akan buruk kalau jatuh dalam kekuasaan politisi busuk.
Mohon doa dan dukungan.