Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Grace Natalie menanggapi aksi Persekusi yang sedang marak terjadi di berbagai wilayah. Dia mengecam hal ini dan mempertanyakan di mana kehadiran negara.
“Ya tentu kita mengecam ya, ada aksi-aksi demikian dan kita terutama mempertanyakan di mana sih kehadiran negara,” kata Grace saat ditemui di Jalan KH Wahid Hasyim nomor 194, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Jumat (2/6/2017).
Menurut Grace, bila aksi ini terus dibiarkan, maka negara bisa disebut absen dalam masalah ini. Dia juga mengatakan masalah tersebut bisa menjadi bola liar dan ancaman bagi kehidupan berbangsa dan bernegara.
“Karena aksi-aksi seperti ini kalau dibiarkan, ada sekelompok orang yang menetapkan buronan sendiri, jadi menurut aku siapa yang bersalah, mereka jadi jaksa, mereka jadi hakim, mereka juga yang menjalankan hukumannya, jadikan ini seolah-olah negara absen, harus ditindak tegas,” paparnya.
“Kalau nggak, meskipun ditindak tegas dan hanya menyasar sekelompok tertentu, dan isu tertentu, ini bisa jadi bola liar dan kemudian nanti bisa jadi ancaman buat kehidupan berbangsa bernegara,” sambung Grace.
Grace mengatakan, menyampaikan pendapat apapun di media sosial merupakan sebuah kebebasan dan hak semua orang. Untuk itu dia meminta agar negara hadir serta bertindak tegas dalam fenomena persekusi yang tengah marak tersebut.
“Kita sudah menebarkan kecemasan, kita sudah biasa berkomentar tentang apapun juga di media sosial, dan itu kebebasan dan hak semua orang,” ucapnya.
“Kalau sekarang tiba-tiba ada orang yang menelusuri timeline kita, kemudian mencecar dan menghukum seseorang karena sesuatu yang dia pikirkan, ini tentu sangat-sangat salah,” tambah Grace.
Sekali lagi, PSI meminta agar pemerintah, termasuk aparat penegak hukum, untuk bertindak lebih dari yang telah ada. Sebab masalah persekusi sendiri dinilai sudah cukup meresahkan.
“Orang-orang itu harus ditindak tegas, agar kemudian ini tidak berulang, karena apapun yang terjadi, apalagi sudah terjadi serentak, tidak hanya di DKI Jakarta,” tuturnya.
Grace merasa keberatan apabila justru korbannya yang malah diminta untuk menyesuaikan diri. Apalagi harus meminta maaf kepada pelaku persekusi.
“(Justru) korbannya yang harus tidak menggunakan media sosial lagi, korbannya harus pindah, ini gawat. Ini bisa menyebar kemana-mana dan akhirnya bisa jadi bola liar yang akan menimbulkan kerusakan yang sangat parah,” pungkas Grace. (cim/elz)