Membaca Peta Suara dan Elektabilitas Pasangan Calon di Media Sosial

TRIBUNNEWS.COM – Sejak awal penelitian, INTRANS mencoba menyambungkan kaidah-kaidah survey politik yang biasa dilakukan dengan menggunakan platform Media Sosial. INTRANS memilih menggunakan Facebook Lead Form karena memungkinkan untuk melakukan verifikasi data dengan persetujuan kedua pihak (responden dan INTRANS).

Facebook dengan kebijakan privasi yang ketat, menutup kemungkinan terjadinya login berkali-kali dengan akun yang sama, Lead Form juga memungkinkan untuk menyasar kelompok umur, lokasi dan demografi yang sesuai dengan kaidah survey politik.

Berbeda dengan platform lain, Twitter Polling misalnya yang sangat rentan untuk diserbu oleh fake akun untuk mendongkrak perolehan suara pasangan tertentu, Facebook Leads menutup terjadinya kemungkinan tersebut.

INTRANS melakukan tiga periode pengukuran dengan menggunakan FB Lead, masing-masing 10 hari untuk setiap periode Leads. Dari tiga periode itu sekitar 7.809 orang yang sudah memberikan persetujuannya untuk menjadi responden telah mengisi daftar pertanyaan yang kami berikan.

Untuk melengkapi data, INTRANS juga melakukan dua kali polling survey di Facebook pada saat debat pertama dan terakhir. Data inilah yang kemudian kami sandingkan dengan data hasil pengamatan dan tracking perbincangan dan sentimen tentang tiga pasangan calon di media sosial. INTRANS, mencoba mengukur lima platform: Facebook, Twitter, Instagram, Youtube dan Google+ (meski Google+ akhirnya tidak kami sertakan di beberapa data).

Dua metode yang coba disandingkan oleh INTRANS ini memang menemui kerumitan ketika mencoba mengerucut pada kesimpulan mengenai elektabilitas. Atau lebih tepatnya, bagaimana sebuah data percakapan bisa menghasilkan sebuah formula untuk menetapkan elektabilitas.

Kesimpulan kami sampai pada dua bentuk elektabilitas yang kami simpulkan dan coba gunakan dalam Pilkada DKI Jakarta:

1). Dengan menggunakan Facebook Lead, dengan tingkat validitas tinggi dalam hal wilayah, demografi, dan jawaban akan pertanyaan, maka berbagai percakapan berbasis geografi dan demografi bisa diverifikasi sebagai sample penelitian.

2). Perbincangan dan sentiment di media sosial, ditujukan pada respon terhadap konten yang diposting oleh akun-akun sumber (official account atau akun relawan). Sehingga data penelitian menjadi lebih simple dan tidak melebar ke akun-akun influencer, dengan asumsi bahwa influencer dipastikan juga mengambil konten darin akun-akun utama pasangan calon.

Dari proses tersebut, INTRANS tiba pada kesimpulan tentang elektabilitas Pasangan calon dalam PiLKADA DKI Jakarta sebagai berikut:

1). Dengan menggunakan pertama dimana Facebook Leads Form memandu data penelitian, maka pasangan Ahok-Djarot unggul dengan angka 50%, disusul Anies-Sandi 30,5% dan Agus-Sylvi 19,5%.

2). Sementara dengan menggunakan perbincangan, setimen dan respon audiens, pasangan Ahok Djarot unggul dengan angka 51%, disusul Anies-Sandi 25% dan Agus-Sylvi 24%.

Dengan data tersebut, smasih memungkinkan (meski sangat tipis) PILKADA DKI Jakarta akan berlangsung satu putaran dengan kemenagan Ahok-DJarot.
Jakarta, 14 Februari 2017

sumber: http://m.tribunnews.com/tribunners/2017/02/14/membaca-peta-suara-dan-elektabilitas-pasangan-calon-di-media-sosial

Recommended Posts