Juru Bicara Dewan Pimpinan Pusat Partai Solidaritas Indonesia (DPP PSI), Mary Silvita menyoroti timpangnya ekspos media terutama podcast pesohor terhadap prestasi anak-anak Indonesia yang mengharumkan nama bangsa di kancah internasional.
Mary mencontohkan di kasus prestasi level internasional yang ditorehkan ananda Caesar Hendrik Meo Thunay atau yang akrab dipanggil Nono dari Nusa Tenggara Timur (NTT). Nono yang memperoleh penghargaan bidang matematika tingkat dunia, minim mendapat perhatian.
“Sejauh yang saya baca, yang memberitakan adalah media arus utama. Media-media berbasis online berupa podcast para pesohor rasanya masih minim,” ujar Mary.
Mary menjelaskan seharusnya anak berprestasi perlu mendapat ekspos lebih banyak untuk menginspirasi banyak pihak sekaligus bentuk apresiasi.
“Overexposure kegalauan remaja putus cinta menurut kami tidak membangun anak-anak kita secara positif. Menghibur iya, tapi kita juga perlu suguhan yang lebih dari sekedar menghibur. Anak Indonesia butuh lebih banyak role model yang mengajak gemar belajar dan berprestasi,” tandasnya.
Menurut Mary seharusnya tidak sulit bagi media mengemas kisah-kisah inspiratif para anak bangsa yang berprestasi menjadi tayangan yang digandrungi publik. Oleh karena itu Mary mengajak insan media, baik televisi maupun internet, untuk lebih mengarusutamakan tayangan-tayangan bermuatan edukasi dan inspiratif ketimbang konten hiburan semata.
“Media dan juga podcast para pesohor memiliki peran sentral dalam menciptakan figur-figur yang akan dijadikan idola dan dicontoh oleh anak-anak Indonesia. Kita percaya dengan daya kreativitas insan media kita. Cerita anak yang galau karena cinta monyet saja bisa dikemas jadi suguhan menarik bagi publik, apalagi kisah anak-anak kita yang memang outstanding, yang luar biasa membanggakan, seperti cerita tentang Nono, anak kecil, masih 8 tahun usianya, datang dari desa dengan segala keterbatasan tapi bisa jadi juara dunia di bidang Matematika.” Demikian disampaikan Mary dalam keterangan tertulis, Senin 23 Januari 2023.
Mary menyayangkan adanya ketimpangan antara pemberitaan media tentang kisah inspiratif anak-anak Indonesia dengan figur anak yang diekspos secara berlebihan hanya demi rating dan kepentingan hiburan semata.
“Menurut kami sayang sekali ya. Coba lihat betapa menginspirasinya adik kita Nono, Caesar Archangels Hendrik Meo Tnunayyang. Masih kecil, usianya 8 tahun, datang dari desa, dari Kabupaten Kupang Nusa Tenggara Timur, bisa jadi juara dunia untuk bidang matematika. Nono berhasil mengalahkan ribuan anak yang berasal dari penjuru dunia, termasuk negara-negara maju. Kurang keren apa coba? Kami yakin Nono layak menjadi idola baru anak-anak Indonesia. Asal kita punya semangat yang sama, sama-sama peduli pada masa depan anak-anak Indonesia. Tayangan edukasi dan inspiratif harus jadi arus utama,” tutup Mary.
Sebelumnya ramai influencer, figur publik hingga media televisi yang mengekspos kisah remaja berusia belasan yang tengah galau karena putus cinta. Pengalaman patah hati remaja tersebut kemudian membuatnya menjadi laksana pujanggga cinta yang mampu merangkai kata-kata bijak nan “quotable” sehingga viral. Demikian viralnya hingga mengalahkan pemberitaan tentang prestasi mendunia anak Indonesia lainnya seperti Caesar Archangels Hendrik Meo Tnunayyang. Bocah yang akrab disapa Nono ini berhasil menjadi juara 1 dalam Olympiade Internasional Abacus World Competition, mengalahkan ribuan anak lainnya dari penjuru dunia. Padahal, dua tahun sebelumnya Nono sempat gagal menjadi juara 1 karena listrik di rumahnya padam