Partai Solidaritas Indonesia mengapresiasi upaya Presiden Republik Indonesia dalam mempersiapkan sumber daya manusia Indonesia dalam mengelola industri minyak dan gas (Migas) dalam negeri. Hal ini disampaikan Presiden saat meninjau proses produksi migas di Kawasan PT Pertamina Hulu Rokan, Dumai, Riau, Kamis (15/01/2011).
Presiden menyatakan kesiapan SDM Indonesia dalam mengelola industri minyak dan gas nasional yang akan membawa multiplier effect kepada ekonomi Indonesia telah cukup baik. Hal ini ditandai dengan meningkatnya produksi minyak di Blok Rokan yang mulai mengalami peningkatan secara signifikan setelah pengelolaan diambil alih Pertamina. Produksi minyak di Blok Rokan meningkat dari sejak diambil alih dari Chevron Pacific Indonesia sebesar 156-158 ribu barel per hari menjadi 166 ribu barel per hari.
Juru Bicara DPP PSI, Kokok Dirgantoro, mengatatakan bahwa, Indonesia memiliki potensi migas yang sangat besar. Data Kementerian ESDM menyebutkan setidaknya ada 128 cekungan migas dan yang sudah berproduksi baru sebanyak 20 cekungan, sebanyak 27 cekungan sudah ada temuan namun belum berproduksi, dan masih terdapat 68 cekungan yang belum dibuktikan keberadaan hidrokarbonnya. Hal ini harus diimbangi dengan ketersediaan sumber daya manusia yang mampu menjawab tantangan industri migas ke depan.
“Karakteristik industri migas yang padat modal, menggunakan teknologi tinggi dan penuh risiko menjadi tantangan yang perlu dijawab oleh semua pihak. Tidak hanya dari sisi pemerintah numun juga dari pihak swasta dan stakeholders terkait. PSI mendukung dan megapresiasi berbagai upaya yang telah dilakukan Pemerintah dalam meningkatkan kualitas SDM migas nasional agar dapat memperkuat peranan strategis industri Migas nasional dengan menjaga ketahanan energi dan pertumbuhan ekonomi serta terciptanya nilai tambah dan multiplier effect guna memberikan kontribusi kesejahteraan bagi masyarakat,” ujar Kokok.
Seperti diketahui, setelah pertama kali ditemukan pada tahun 1941 dan mulai produksi pada tahun 1951, KKKS Pertamina Hulu Rokan (PHR) mengambil alih pengelolaan Blok Rokan dari Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) Chevron Pacific Indonesia (CPI) pada 9 Agustus 2021. Keyakinan Pemerintah untuk mengambil alih pengelolaan Blok Rokan juga didasari oleh kesiapan SDM Indonesia dalam mengelola industri migas agar dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya kepada masyarakat Indonesia.
Di kesempatan yang sama Presiden juga menyampaikan target produksi minyak yang diharapkan dapat menyentuk 400 ribu barel per hari. Hal ini ditujukan tidak saja untuk memberikan kontribusi luar biasa kepada negara dalam hal perekonomian tapi juga penyerapan tenaga kerja. Sejak diambil alih dengan 25 ribu pekerja, Blok Rokan telah mampu menyerap tenaga kerja di industri migas menjadi 37.500 pekerja. Dengan kata lain, telah terjadi penambahan 12.500 pekerja dalam rentan waktu 1,5 tahun sejak diambil alih