Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Grace Natalie, menyatakan seleksi terbuka berupa wawancara dengan tim panelis, bukanlah tahap akhir konvensi. Bagi peserta yang lolos di fase wawancara, akan mengikuti tahapan selanjutnya.
“Selesai tahapan ini, masih ada lagi, yaitu ada debat publik dan juga tahapan survei. Selain mencari kandidat yang berkualitas, tentu juga akan dicek bagaimana penerimaan masyarakat nanti,” kata Grace Natalie saat jumpa pers di sela-sela seleksi terbuka, Minggu 19 Januari 2020.
PSI menggelar seleksi terbuka lanjutan untuk menjaring bakal calon Wali Kota/Wakil Wali Kota Surabaya di Basecamp DPP PSI, Jakarta Pusat, Minggu 19 Januari 2020. Sabtu kemarin merupakan seleksi terbuka bagi bakal calon kepala daerah Tangerang Selatan.
Pada kesempatan yang sama, Grace kembali mengingatkan tujuan dari konvensi bakal calon kepala daerah PSI, yaitu melawan ongkos politik yang mahal dalam Pilkada dan membuka ruang kontestasi ruang yang setara bagi semua.
“Kenapa PSI sudah payah melakukan konvensi? Ini upaya kami untuk memerangi high cost politics. Dari pengalaman teman-teman yang lebih dahulu terjun ke politik, mereka rata-rata mengalami masalah yang sama, bahwa untuk masuk ke dalam kontestasi politik itu butuh biaya sangat besar. Di luar Jawa, misalnya, dalam pemilihan gubernur, untuk mendapatkan tiket partai, orang bisa mengeluarkan biaya sampai Rp 100 miliar. Untuk kabupaten dan kota, jumlahnya bervariasi,” lanjut Grace.
Selain itu, dengan mekanisme konvensi, PSI berupaya mencari kandidat terbaik untuk mengelola daerah, melampaui ukuran material dan kedekatan personal dengan elite partai politik.
“Kami membuka konvensi, dengan harapan orang-orang berkualitas tapi mungkin terbatas uangnya, atau mungkin tidak punya jaringan atay hubungan dekat dengan elite politik, itu punya kesempatan yang sama untuk ikut dalam kontestasi Pilkada,” imbuhnya.
Konvensi bakal calon kepala daerah Kota Surabaya ini diikuti 12 peserta. Sebanyak 4 peserta merupakan kader PSI dan 8 peserta lain non-kader PSI. Grace memastikan semua peserta akan diperlakukan setara dan sama. Para peserta pun datang dari beragam profesi, seperti pengacara, seniman, pedagang, aktivis, dan akademisi.
Grace juga menuturkan proses seleksi dilakukan secara transparan dan terbuka kepada publik, sehingga publik bisa ikut menilai kualitas peserta.
“Sama seperti (konvensi) kemarin, kami membuka seluruh proses seleksi ini di media sosial, live di Facebook. Kami harap dari sini, semua masyarakat bisa mengikuti seperti apa sih proses seleksinya,” pungkas Grace.
Para bakal calon pemimpin Surabaya ini diuji panelis independen. Mereka yang menjadi panelis independen adalah pakar psikologi politik Hamdi Muluk, pengamat politik Djayadi Hanan, Direktur Eksekutif Center for Strategic and International Studies (CSIS) Philips J. Vermonte, dosen Nanyang Technological University (NTU) Sulfikar Amir, Direktur Eksekutif SMRC Sirojudin Abbas, mantan Komisioner KPK Bibit Samad Rianto, dan founder Ruang Guru Iman Usman.
Sedangkan panelis dari internal PSI, ada Grace Natalie, Sekjen DPP PSI Raja Juli Antoni, Bendahara Umum DPP PSI Suci Mayang Sari.