Partai Solidaritas Indonesia (PSI) meminta kepada pihak kepolisian untuk menindak tegas provokator yang menggunakan media sosial untuk memicu kerusuhan pasca pengumuman hasil Pemilu 2019. Demikian disampaikan juru bicara PSI, Sigit Widodo, Rabu (22/5/2019).
Sigit mengatakan, provokasi menggunakan media sosial meningkat pesat usai Pemilu 2019 dan semakin menggila sejak Komisi Pemilihan Umum (KPU) mengumumkan hasil Pemilu. “Sejak Kemarin marak beredar provokasi dalam bentuk penyebaran berita hoax dan ajakan melakukan aksi kekerasan untuk menolak hasil Pemilu,” kata Sigit
Provokasi ini, menurut Sigit, banyak disebarkan melalui grup aplikasi Whatsapp. “Saat polisi tengah menghalau perusuh di sekitar Bawaslu dini hari tadi, misalnya, menyebar hoax tentang Eri dari Bantul yang tewas tertembak,” ungkap Sigit. “Berita ini ternyata palsu dan Eri hanya pingsan saja,” kata Sigit.
Berita bohong tentang tewasnya Eri disebarkan secara luas melalui grup-grup Whatsapp. “Dalam pesan yang menyebar ditambahkan embel-embel Eri sebagai pejuang Gerindra yang mati syahid. Ini jelas dilakukan dengan sengaja untuk memancing emosi masyarakat,” ujar Sigit.
Masih menurut Sigit, di saat bersamaan juga menyebar foto-foto kerusuhan digabungkan dengan foto komisioner-komisioner KPU yang berfoto bersama Bawaslu usai pengumuman hasil Pemilu 2019. “Foto-foto itu disebarkan dengan keterangan bahwa saat di luar terjadi bentrokan, di dalam KPU dan Bawaslu malah ketawa-ketawa. Ini jelas provokasi yang sangat menyesatkan,” kata Sigit.
Selain berita palsu, menurut Sigit, menyebar juga banyak ajakan provokatif untuk melawan aparat keamanan. “Ada pesan yang mengatasnamakan FPI Sukabumi, misalnya, yang mengajak untuk datang tanpa atribut dan pengenal, dan siap untuk pulang tanggal nama. Yang paling mengerikan, menyebar juga ajakan untuk melakukan pengeboman di Bareskrim Mabes Polri dengan target Kapolri dan Kabareskrim,” kata Sigit.
PSI meminta kepada pihak kepolisian untuk menindak tegas provokator-provokator semacam ini. “Tindakan-tindakan provokatif ini sudah keterlaluan dan berpotensi menyulut kerusuhan yang lebih besar. Polisi harus segera menindak pelaku-pelakunya,” kata Sigit.
PSI meminta masyarakat untuk tidak ikut menyebarkan informasi-informasi yang menyesatkan. “Jika ada informasi yang tidak jelas kebenarannya, jangan disebarkan. Masyarakat harus belajar untuk tidak menyebarkan informasi-informasi yang tidak benar. Cek dulu kebenaran suatu pesan sebelum disebarkan,” kata Sigit.
PSI juga berharap agar tokoh-tokoh masyarakat tidak ikut menyebarkan berita bohong. “Mereka berkewajiban untuk ikut menertibkan pendukung-pendukungnya, jangan malah sengaja membuat pernyatan yang memprovokasi,” kata Sigit.