Tak andalkan popularitas dan wajah cantik, tapi itikad baik

Mantan presenter beberapa stasiun televisi, Isyana Bagoes Oka mantap berpindah haluan dari dunia jurnalistik ke dunia politik. Mengaku tak cuma mengandalkan popularitas dan kecantikan wajah semata, Isyana semata-mata ingin beritikad baik.

“Saya memang di TV, orang lihat di TV dan sebagian kenal, tapi banyak yang nggak kenal juga. Saya mengandalkan sebenarnya adalah itikad baik saya,” ujar Isyana Bagoes oka dalam wawancara khusus dengan merdeka.com di sebuah mal di bilangan Jakarta Selatan, minggu lalu.

Isyana mengaku sempat ditawari masuk partai politik beberapa tahun lalu. Namun dia belum tertarik, lantaran dunia jurnalis masih menjadi pilihan utamanya. Namun pilihannya kini justru jatuh pada Partai Solidaritas Indonesia (PSI), dan sekaligus mengabaikan partai lama yang dulu pernah ‘meminangnya’.

Apa yang membuat Isyana lebih tertarik gabung ke PSI? Berikut wawancara lengkap merdeka.com dengan Isyana Bagoes Oka:

PSI menurut Isyana seperti apa sih?

Muda, baru, gesit. Kalau saya boleh bikin jadi 3 kata.

Peluang PSI dibanding partai-partai baru lainnya?

Saya menilai terlalu dini untuk bicara menilai, bagaimana PSI nantinya bisa melihat peluang di PSI 2019 nanti. Tapi yang jelas yang kami ingin lakukan sekarang bagaimana membentuk parpol baru, benar-benar lepas dari pengaruh parpol lama. Jadi bukan sekadar ganti baju dari partai lama, karena orang baru inilah mungkin pengalaman politiknya jauh lebih kecil dibanding orang politik lama. Tapi mudah-mudahan kebaruan itu yang jadi kekuatan PSI, kemudaan juga jadi kekuatan PSI, dan masyarakat bisa menilai PSI beda dengan partai lama sebelumnya, atau partai baru yang bisa jadi partai baru yang ada orang partai lama.

Sebagai kader PSI, garansi apa yang PSI berikan kepada masyarakat agar mereka mau memilih PSI dalam Pemilu 2019 mendatang, tentunya kalau PSI lolos verifikasi?

Kita nggak bisa memberi garansi apa-apa dong. Yang jelas, kalau yang paling beda memang itu iya, karena kalau kita lihat partai yang lain, pasti sama, mereka ingin baik dan sebagainya. Tapi kemudaan dan kebaruan itulah yang membuat PSI terlihat nyata beda.

Secara mental siap terjun ke dunia politik? Mengingat politik bagi sebagian orang dianggap kejam?

Sampai saat ini masih terus mempersiapkan mental, karena seperti pendapat orang politik itu bikin apatis. Kalau semua orang akhirnya apatis dengan politik, bagaimana orang-orang baru bisa masuk ke politik? Kalau semua orang anti politik maka orang lama yang ada di politik yang membuat orang lain pada apatis, orang-orang itu lagi yang terus berada di dunia politik. Kita juga nggak bisa pungkiri yang paling penting adalah bagaimana DPR kita diisi oleh orang-orang yang berkualitas baik, dan bagaimana kita pilih pemimpin yang benar-benar mewakili rakyat.

Pada 2014 mayoritas masyarakat senang dan dukung Jokowi. Tapi tiket ke Jokowi kan ada prosesnya. Dari awal kita tidak memiliki figur tertentu, tapi yang jelas 2019 pemilu berlangsung bersamaan legislatif dan presiden, kita akan memberi tiket itu ke figur yang kita nilai baik. PSI akan jadi perahu orang-orang yang baik dan dinilai layak oleh masyarakat. Kita akan survei juga siapa yang akan kita pilih. Tapi perjalanannya panjang kan, banyak tahapannya, terutama partai baru. Kita harus lolos ferivikasi Depkumham, harus lolos ferivikasi KPU, mudah-mudahan nantinya kita benar-benar bisa lalui hal itu, sehingga kita bisa lolos, dan memberikan kendaraan atau perahu bagi orang-orang yang memang terbaik.

Jadi PSI tidak berhasrat mencalonkan kadernya sendiri?

Kalau nanti sampai ada kader PSI yang bagus dan didukung masyarakat kenapa tidak. Tapi sekarang belum ada figur yang kuat di PSI. Kalau kita justru melihat ada begitu banyak figur-figur yang baik, di Bandung ada Ridwan Kamil, di Jakarta ada Ahok, di Surabaya ada Bu Risma, dan lain-lain, itu figur bagus buat pimpin bangsa. Kita lihat nanti masyarakat apakah akan dukung tokoh-tokoh seperti ini atau tokoh-tokoh baru lagi.

Beberapa waktu lalu ketua umum, Grace Natalie bilang persiapan di daerah sudah 70 persen, apakah saat ini sudah ada perkembangan?

Masih kurang lebih sama, memang masih terus digalakkan karena kan tiap orang punya tugas masing-masing, dan yang jago urus organisasi pasti terus urus organisasi, terutama kepengurusan di kecamatan-kecamatan.

Di PSI Isyana dikasih target?

Kita belum ngomongin target. Target kita adalah bagaimana kita lolos ferivikasi, itu saja dulu target utamanya.

Nantinya akan ke daerah-daerah juga bertemu calon pengurus daerah?

Bisa jadi begitu, yang jelas kita bagi tugas. Kalau Grace dan yang lain sudah jalan ke daerah-daerah.

Persis masuk PSI sudah berapa lama?

Saya nggak tau persisnya, beberapa bulan lalu ngobrol dan tertarik, persisnya gabung kok nggak ada tanggal persisnya. Ya kemarin itu (kirim surat terbuka) benar-benar announce. Tapi resmi bergabung, berjalan dengan sendirinya, nggak ada tanggal persisnya kapan.

Modal masuk PSI apa? Popularitas, kecantikan, atau?

Kalau popularitas, saya kan bukan artis yang punya banyak fans di mana-mana. Saya memang di TV, orang lihat di TV dan sebagian kenal, tapi banyak yang nggak kenal juga. Saya mengandalkan sebenarnya adalah itikad baik saya. Saya ingin melakukan yang baik saja deh, karena bisa jadi orang anggap yang baik di politik sulit ditemui. Orang banyak yang ngomong, doain saya tetap bisa baik ya, karena orang bisa berubah ya. Mudah-mudahan saya tetap di jalan yang baik, dan salah satu keuntungan jadi jurnalis, kita bisa wawancara banyak orang, kita bisa tahu banyak isu, banyak hal, mudah-mudahan jadi modal saya untuk nantinya benar-benar yang terbaik bagi negara ini.

Isyana punya keturunan darah Bali, ada rencana untuk lebih mengembangkan PSI di Bali?

Saya masih belum tahu persis, karena yang penting sekarang itu, balik lagi ke ferivikasi. Semua daerah sama pentingnya. Kalau masalah nama saya nggak tau berpengaruh apa tidak, tapi yang jelas kita kerjakan di setiap daerah.

Dari jurnalis ke politisi, ada persiapan-persiapan?

Nanti pasti ikut banyak training-training dan ngobrol-ngobrol. Makanya ini dengan komunitas-komunitas kita bukber, supaya kita bisa ngobrol lebih banyak. Pandangan mereka apa, tentang isu-isu yang dekat dengan mereka, terutama komunitas-komunitas, seperti komunitas makanan, mereka punya pandangan sendiri. Kemudian untuk kawan komunitas peduli lingk hidup, pasti mereka tahu dan peduli info-info yang jurnalis nggak tahu pandangan dari mereka seperti apa tentang isu-isu yang dekat dengan mereka. Kita gali info ke mereka apa sih yang harus dilakukan oleh parpol untuk membuat kebijakan-kebijakan yang baik untuk mereka.

Merasa dimudahkan jalan masuk dunia politik dari profesi sebelumnya sebagai jurnalis?

Sampai saat ini mungkin bukan memanfaatkan ya, tapi lebih ke arah pertemanan saja, baru resmi seminggu ya, belum terlalu. Jadi sekarang masih persiapan ini fokus ke bukber komunitas-komunitas, sama habis ini balik lagi ke kegiatan-kegiatan verifikasi itu.

Recommended Posts