Rian Ernest, Lawyer Muda Caleg PSI

Rian Ernest dilahirkan dari orangtua yang berbeda etnis dan negara. Ayahnya orang Jerman dan ibunya orang Indonesia dari etnis Tionghoa. Orangtua Rian bertemu saat ibunya menempuh studi arsitektur di Jerman Barat pada 80-an. Sayangnya usia pernikahan orangtuanya Rian tidak lama. Setelah resmi berpisah, ibunya memboyong Rian yang saat itu berusia 3 tahun dan adiknya kembali ke Indonesia. Di Indonesia Rian, ibu, dan adiknya tinggal di rumah kakek dan neneknya di kota Bekasi.

Sejak kecil Rian sudah terbiasa dengan keluarga besanya yang beragam dari sisi etnis dan agama. Bekal ini yang membuat Rian mudah bergaul dengan siapa saja. Saat duduk di SMAN 82 Jakarta Selatan pun Rian diterima teman-temannya tanpa membedakannya sebagai penganut Katolik. Penghasilan ibunya yang tidak menentu mendorong Rian mencari uang tambahan dengan menjadi model majalah dan catwalk. Dari pekerjaan itu, Rian dapat mengumpulkan uang untuk keperluan sehari-hari dan sekolahnya. Rian mulai giat belajar. Ia semakin mempelajari pelajaran yang sangat ia sukai, yaitu pelajaran Tata Negara. Pelajaran ini membuka wawasannya tentang berbagai lembaga negara, fungsi dan wewenangnya, serta pentingnya berbagai lembaga itu dalam menentukan maju mundurnya suatu negara dan rakyatnya. Karena ketertarikannya itu, Rian mantap memilih Fakultas Hukum Universitas Indonesia  (FHUI). Dengan ketekunan belajar, Rian berhasil meraih cita-citanya: ia diterima di FHUI pada 2005.

Semula Rian ingin menjadi jaksa. Namun cita-cita itu ia urungkan setelah mengetahui bahwa gaji fresh graduate di kejaksaan pada 2003 hanya 2 juta Rupiah. Pada titik itu, Rian menyadari pentingnya arti remunerasi yang layak bagi penegak hukum untuk menangkis godaan korupsi. Rian kemudian memilih spesialisasi hukum bisnis. Rian pertama kali bekerja di firma hukum Melli Darsa & Co. Di sana Rian mengerjakan hukum bidang pasar modal, perbankan, asuransi, mineral, dan migas. Rian banyak membantu melakukan audit hukum terhadap perusahaan-perusahaan, termasuk BUMN. Tapi sesudah bekerja 1,5 tahun dan sering terlibat dalam transaksi bisnis yang cukup bergengsi, Rian merasa hampa dalam pekerjaannya yang agak jauh dari pelayanan kepada sesama. Hasrat untuk mengabdi kepada kepentingan masyarakat selalu memanggil Rian.

Seorang kawan lama Rian yang sudah bekerja bersama Gubernur Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), mengajak Rian untuk magang di balai kota untuk membantu Ahok. Memang gaji yang ditawarkan Ahok tidak sebesar saat Rian bekerja di firma hukum. Tapi itu ia terima karena panggilan untuk melayani masyarakat. Selama bekerja bersama Ahok, Rian sering memeriksa dokumen dari sisi hukum sebelum ditandatangan Ahok. Rian sering menemukan “jebakan Batman” yang intinya mencoba menjerumuskan Ahok ke dalam lubang teknis hukum. Selama dua tahun bekerja langsung bersama Ahok, Rian mendapatkan pengalaman berharga yang menyadarkannya bahwa menjadi seorang pejabat bukan pekerjaan remeh. Pekerjaan itu sangat mulia dan memberikan dampak nyata bagi masyarakat.

Kini Wakil Ketua Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Jakarta itu terdaftar sebagai mahasiswa Master Public Administration di Lee Kuan Yew School of Public Policy, Singapura, atas beasiswa penuh. Bekerja di bawah Ahok dan belajar kebijakan publik di sekolah kebijakan publik terbaik di Asia itu, memberikan bekal lebih bagi Rian untuk berpolitik demi Indonesia yang lebih baik dan jauh dari korupsi.

Recommended Posts