Pemerintah Diminta Percepat Pendataan Anak Yatim Piatu Akibat Pandemi

Data by name by address anak-anak yatim, piatu dan yatim piatu menjadi kebutuhan mendesak yang ditunggu-tunggu semua pihak yang perduli dengan nasib anak-anak yatim, piatu dan yatim piatu selama pandemi. Tidak adanya sumber informasi terpadu yang bisa diakses oleh semua pihak mempersulit mitigasi segera terhadap anak-anak tersebut. Oleh karena itu pemerintah diminta untuk sesegera mungkin menyediakan sumber informasi dan data terpadu yang bisa diakses oleh semua pihak.

“Data ini bukan sekedar angka, kita sangat membutuhkan informasi utuh soal anak-anak yang kehilangan pengasuhan dari orang tua yang meninggal dunia akibat covid-19. Dengan mengetahui angka real jumlah anak-anak yatim piatu ini kita bisa memperhitungkan sumber daya yang kita butuhkan untuk menyelamatkan mereka. Penanganan terhadap anak-anak tentu sangat berbeda dengan orang dewasa. Tidak bisa kita hanya memberi donasi berupa uang atau barang, mereka anak-anak yang belum tau apa-apa. Dikasih uang juga mereka tidak mengerti mau diapakan.” kata Mary Silvita, anggota Komite Solidaritas Pelindung Perempuan dan Anak DPP PSI, Minggu 29 Agustus 2021.

Lebih jauh Mary menuturkan bahwa anak-anak membutuhkan bukan hanya intervensi negara dalam bentuk perlindungan penuh atas kebutuhan dasar mereka, namun juga partisipasi masyarakat. “Tidak hanya pemerintah, semua kita juga bisa berpartisipasi membantu jika data dan informasinya tersedia dan bisa diakses.

Kebutuhan-kebutuhan tersebut antara lain: Pertama, kebutuhan pengasuhan. Ini penting sekali dipastikan, apakah ada pihak yang merawat dan mengasuh mereka setelah orang tuanya meninggal dunia? Jika belum ada, maka harus disediakan pusat pengasuhan sementara. Sekali lagi ini harus bersifat sementara, sebab anak-anak membutuhkan lingkungan pengasuhan berbasis keluarga di lingkungan yang mereka kenal.

Kedua, jaminan pendidikan, termasuk kebutuhan sekolah seperti perlengkapan belajar, paket data jika mereka sekolah daring, dan lain-lain. Ketiga, jaminan kesehatan. Ini juga sering kali luput dari perhatian kita. Setelah tidak lagi punya orang tua bagaimana status BPJS mereka, jika punya BPJS, dan bagaimana jika tidak punya. Pendaftaran BPJS ini juga berdasarkan Kartu Keluarga, bagaimana kemudian ini diterapkan untuk anak-anak yatim piatu akibat covid-19? Keempat, kebutuhan gizi anak, yang tentu saja berbeda sesuai usia dan kebutuhan tumbuh kembang masing-masing anak.”

Kehilangan orang tua adalah sebuah peristiwa traumatis yang pasti akan meninggalkan kesedihan luka dan trauma bagi anak-anak dalam waktu yang lama. Belum lagi risiko lain yang menghantui, seperti: ancaman kekerasan, kejahatan, penelantaran, dipekerjakan, dinikahkan hingga putus sekolah. “Tentu saja ini bukan masalah sepele dan mudah mitigasinya. Tapi dengan adanya sumber informasi terpadu yang disediakan pemerintah, kita semua bisa sama-sama bahu membahu membantu pemerintah melindungi dan menyelamatkan anak-anak ini dengan segera,” tutup Mary.

Pandemi yang telah berjalan hampir dua tahun ini telah merenggut nyawa 127.000 orang di Indonesia, dan jumlah ini masih mungkin akan bertambah. Kementerian sosial menyebutkan berdasarkan data Satgas Penanganan Covid-19 per 20 Juli 2021 diketahui ada 11.045 anak menjadi yatim, piatu, atau yatim piatu. Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) memprediksi lebih besar lagi, yaitu terdapat setidaknya 40.000 anak menjadi yatim, piatu atau yatim piatu selama pandemi. Sementara Kawal Covid-19 mengestimasi lebih dari 50.000 anak, data per Juli 2021. Semua angka masih bersifat prediksi, dan hingga saat ini belum ada rilis resmi dari pemerintah tentang angka real dan sejauh mana upaya yang sudah dilakukan pemerintah.

Recommended Posts