Nasionalisme dan Olahraga – Giring Ganesha


Saya rasa momen puncak kita merasakan nasionalisme yang begitu tebal dan menggebu-gebu adalah ketika menonton pertandingan olah raga antar bangsa. Tidak peduli itu tingkatan Asia Tenggara bahkan olimpiade. Semangat nasionalisme ini kita rasakan begitu besarnya sehingga membuat kita mampu melepas sekat-sekat politik, agama bahkan ras dan ideologi

Kemenangan ganda putri bulutangkis kita Greysia Polii dan Apriyani Rahayu di olimpiade Tokyo 2020 kembali menunjukkan hal itu. Tetesan air mata bahagia bergulir di pipi rakyat Indonesia yang bahagia dan bangga dengan kemenangan mereka. Momen ini mengingatkan saya akan momen serupa di olimpiade Barcelona tahun 1992 ketika Susi Susanti berhasil mendapatkan medali emas. Rasa haru dan bangga itu tetap sama, membuktikan nasionalisme itu tetap ada dalam dada kita. Ia tak lekang oleh panas dan tak lapuk oleh hujan.

Namun, dibalik rasa nasionalisme yang begitu menggebu-gebu selalu terselip sebuah cerita akan kesabaran dan kerja keras. Kesuksesan seorang atlit tidak datang dari ruang kosong. Ia beroleh dari kerja keras yang penuh darah dan air mata. Jalan itulah yang telah ditempuh oleh Greysia Polii dan Apriyani Rahayu hingga pada akhirnya memberikan kebahagiaan dan nasionalisme yang menggebu-gebu itu pada kita.

Apriyani Rahayu atau yang akrab dipanggil Ani bukanlah seorang atlit yang memiliki fasilitas lengkap dari orang tuanya sedari kecil. Ani berasal dari keluarga sederhana di Konawe. Ayahnya seorang pengawai negeri sedangkan ibunya seorang ibu rumah tangga sekaligus petani. Dengan kehidupan yang jauh dari cukup, Ani harus menjual sayur ibunya sekedar untuk mendapatkan uang jajan di waktu kecil dulu.

Bakat bermain bulutangkis memang ia dapatkan dari mendiang ibunya yang merupakan pemain lokal dahulunya. Minat Ani kepada bulutangkis hanya difasilitasi seadanya oleh kedua orang tuanya. Ayahnya membuatkan sebuah raket dari kayu dan dengan modal itulah Ani kecil memulai langkahnya menjadi seorang juara.

Ketika bakatnya mulai terasah dan berhasil memenangkan berbagai kejuaraan di Kabupaten Konawe, Ani akhirnya dibawa ke Jakarta oleh Pengcab PBSI Konawe. Pada tahun 2011 Ani masuk ke PB Pelita milik Icuk Sugiarto. Meski pada mulanya hanya status percobaan namun dalam waktu 3 bulan Ani berhasil membuktikan ia layak masuk ke klub itu. Karena berasal dari keluarga kurang mampu, Ani kemudian mendapatkan fasilitas belajar gratis serta cuci baju gratis dari klub. Nasib kemudian membawanya ke Pelatnas PBSI di Cipayung dan akhirnya menemukan pasangan Greysia Polii seorang senior yang berhasil membimbing Ani menjadi seorang rekan yang tangguh.

Kisah perjuangan dan kerja keras Ani ini sekali lagi memberikan pesan kepada generasi milenial untuk terus memperjuangkan apa yang dicita-citakan. Meskipun kita berasal dari daerah yang jauh dari pusat ibu kota tidak boleh dijadikan sebagai halangan untuk berkembang. Bakat yang dimiliki harus terus diasah dan bila menemukan wadah dan tangan yang benar maka akan tumbuh hingga melebihi bayangan kita sendiri.

Tidak hanya Ani lalu ada Eko Yuli Irawan penyumbang medali perunggu angkat berat juga menyampaikan pesan yang sama. Eko hanyalah anak seorang penarik becak dan ia sendiri ketika remaja bekerja sebagai penggembala kambing. Namun, dengan keteguhan hati dan semangat ingin mengubah nasib, Eko akhirnya menjadi satu-satunya atlit Indonesia yang memperoleh medali dalam empat penyelenggaraan olimpiade.

Itulah sekelumit kisah perjalanan hidup pahlawan olah raga kita yang berhasil mengibarkan merah putih di ajang olah raga dunia. Mereka membuktikan bahwa bakat bisa muncul dari daerah mana saja. Mereka juga membuktikan bahwa bakat tidak boleh dibiarkan begitu saja. Ia harus diasah karena dengan diasahlah akan terbedakan mana yang batu dan mana yang berlian.

Mari bersama kita majukan olah raga kita sehingga bendera Indonesia dapat terus berkibar di perhelatan olah raga dunia dan nasionalisme tetap membara di dada kita. Nasionalisme yang mengantarkan kita sejajar dengan bangsa-bangsa lain di dunia.

Terima kasih atas perjuangan dan pengabdian semua atlit yang berlaga di olimpiade Tokyo. Terima kasih kepada semua pelatih dan official, salam hormat dari kami yang bangga dengan perjuangan kalian.

Tabik !





Sumber

Recommended Posts