Maulid, Maulud, Milad dan Perayaan Kelahiran Nabi Muhammad Saw

Oleh: HM. Guntur Romli

Tulisan ini mengulas istilah-istilah maulid, maulud, milad apakah berarti sama atau beda? Kemudian lahirnya genre Sastra Maulid yang berisi prosa dan puisi terhadap kelahiran dan pujian pada Nabi Muhammad Saw yang ternyata sudah lahir dari zaman Nabi, hingga mencapai puncaknya pada karya Burdah Al-Bushiri, Al-Barzanji dan Ad-Diba’i

Maulid artinya Kelahiran. Selain maulid ada istilah lain, Milad. Namun dalam penggunaan masyarakat Arab, istilah Milad sudah identik dengan Hari Kelahiran Isa Al-Masih atau Yesus Kristus. Masyarakat Kristen Arab menyebut Hari Natal untuk Yesus Kristus dengan Idul Milad Al-Majid (Hari Kelahiran yang Agung).

Masyarakat muslim Arab menggunakan istilah lain untuk Hari Lahir Nabi Muhammad Saw, yang lahir pada hari Senin 12 Rabiul Awwal dengan sebutan Maulid.

Tapi baik Maulid dan Milad artinya sama, hanya penggunannya yang berbeda. Istilah Milad juga digunakan sebagai perayaan Hari Ulang Tahun di zaman modern. Orang Arab modern merayakan ulang tahunnya dengan istilah Milad, tapi tidak dengan istilah Maulid yang sudah identik dengan Perayaan Kelahiran Nabi Muhammad Saw.

Selain istilah Maulid yang acap kali digunakan dalam masyarakat kita, ada penamaan lain: Maulud. Dari istilah ini muncul, Mauludan, yang artinya merayakan Hari Lahir Nabi Muhammad Saw. Maulud arti harafiyahnya “ia yang dilahirkan”, dan “ia” yang dimaksud adalah manusia mulia dan agung sepanjang zaman, Muhammad bin Abdullah, shallallahu alaihi wa sallama (saw).

Sastra Maulid

Dalam Perayaan Maulid Nabi Muhammad Saw dibacakan kesustraan yang disebut sebagai “Sastra Maulid” dalam istilah Arabnya dikenal sebagai “Adabul Maulidi”.

Sastra Maulid adalah karya sastra baik dalam bentuk genre prosa dan puisi yang memuji dan merayakan kelahiran Nabi Muhammad Saw. Oleh karena itu, jenis sastra ini dalam kajian sastra Arab juga disebut sebagai “Sastra Pujian terhadap Nabi Muhammad Saw” Adabul Mada’ih An-Nabawiyah.

Kisah Sastra Maulid atau Sastra Pujian ini mengakar kuat dalam tradisi Islam, yang berawal dari tradisi keluarga Nabi Muhammad Saw. Diriwayatkan orang yang pertama menuliskan puisi-puisi sebagai pujian bagi kelahirannya berasal dari paman tercintanya: Abu Thalib, yang mengasuhnya setelah Ibundanya wafat (ayahandanya meninggal saat beliau dalam kandungn) yang kemudian diasuh kakeknya, setelah kakeknya wafat, Muhammad dari umur 8 tahun diasuh pamannya: Abu Thalib yang dikenal sebagai salah seorang penyair dan sastrawan Arab.

Inna ibna Aminah annabiyy Muhammadan – Indi bimitsli manazilil awladi

Sungguh putra Aminah, Muhammad yang diangkat menjadi nabi, bagiku sudah seperti anaku sendiri.

Dalam perjalana selanjutnya, setelah Islam diterima oleh masyarakat Kota Yatsrib, yang diubah namanya menjadi Madinah dan Nabi Muhammad Saw hijrah ke pangkuannya, Nabi Muhammad Saw memiliki penyair-penyair yang menuliskan karya-karyanya yang secara sukarela dengan penuh kekagumaan dan kecintaan pada Nabi melalui karya sajak-sajak mereka.

Tersebut lah nama seperti Hassan bin Tsabit, Ka’ab bin Malik, Abdullah bin Rawahah.

Burdah Al-Bushiri, Al-Barzanji dan Ad-Diba’i

Dalam perayaan Maulid sering dibacakan karya-karya Burdah Al-Bushiri, Al-Barzanji dan Ad-Diba’i.

Burdah artinya Selendang, yang berawal dari mimpi Syaikh Al-Bushiri setelah sembuh dari sakitnya bertemu Rasulullah Saw dan diberi hadiah selendang. Sebagai bentuk syukur dan pujian, Syaikh Al-Bushiri mengarang rasa cinta, kekaguman dan kerinduannya dalam Burdah.

Syaikh Al-Bushiri murid dari Syaikh Abul Hasan As-Syadzili, Pendiri Tarekat Syadziliyah, saya pernah ziarah ke makamnya yang berdampingan dengan makam Syaikh Abul Abbas Al-Mursi, Penganti Pemimpin Tarekat Syadziliyah setelah Syaikh Abul Hasan As-Syadzili. Kini kedua makam tersebut yang menjadi tujuan ziarah dibangun dua masjid megah.

Kutipan kasidah Burdah yang sering dibacakan dan dilagukan seperti di bawah ini:

مولاي صل وسلم دائما أبدا
علي حبيبك خير الخلق كلهم
مولاي صل وسلم دائما أبدا
عل حبيبك خير الخلق كلهم
محمد سيد الكونين والثقلين
والفريقين من عرب ومن عجم
مولاى صل وسلم دائما أبدا
على حبيبك خير الخلق كلهم
هو الحبيب الذى ترجى شفاعته
لكل هول من الأغوال مقتحم
مولاى صل وسلم دائما أبدا
على حبيبك خير الخلق كلهم
ثم الرضا عن أبى بكر وعن عمر
وعن على وعن عثمان ذى الكرم
مولاى صل وسلم دائما أبدا
على حبيبك خير الخلق كلهم
يا رب بالمصطفى بلغ مقاصدنا
واغفر لنا ما مضى يا واسع الكرم
مولاى صل و سلم دائما أبدا
على حبيبك خير الخلق كلهم

Kasidah Burdah juga dibacakan saat ada yang sakit, saya masih ingat, kalau saya waktu kecil panas, bapak saya membacakan Kasidah Burdah, tabarrukan karena Syaikh Al-Bushiri mengarang pujian ini setelah sembuh dari sakit.

Namun yang paling banyak dibacakan dalam Maulid adalah Al-Barzanji, yang hadir dalam dua genre, prosa dan puisi.

Yang puisi dibacakan saat berdiri, kelanjutan dari prosa yang menceritakan kelahiran Nabi Muhammad Saw dan tepat di kalimat Asyraqal Badru… Telah Terbit Purnama…. Makanya Al-Barzanji sering disebut Srakalan… dari kata Asyraqal.

يا نبي سلام عليكَ***يارسول سلام عليكَ
ياحبيب سلام عليك***صلوات الله عليك
أشرق البدرُ علينا*** فاختفت منه البدورُ
مثلَ حسنكْ مارأينا*** قط يا بدرَ السرورِ
انتَ شمسٌ انت بدرٌ*** انت نورٌ فوق نورِ
انت اكسيرٌ و غالي***انت مصباحُ الصدورِ
ياحبيبي يا محمد***ياعروسَ الخافقين
يامؤيّد يا ممجّد***يا إمامَ القبلتين
من رأى وجهكَ يسعد***يا كريمَ الوالدين ِ
حوضك الصافي المبرّد***وردنا يوم النشورِ
ما رأينا العيس حنت***بالسرى الا اليكَ
و الغمامة قد أظلت***والملا صلوا عليكَ
و اتاك عود يبكي***و تذلّل بين يديك
و استجارت يا حبيبي***عندك الظبي النفورُ
عندما شدوا المحامل***و تنادوا للرحيلِ
جئتهم و الدمع سائل***قلت قف لي يا دليل
و تحمل لي رسائل*** ايها الشوق الجزيلُ
نحو هاتيك المنازل***في العشي و البكورِ
كل من في الكونِ هاموا***فيك يا باهيَ الجبين ِ
و لهم فيكَ غرامُ***و اشتياق وحنينُ
في معانيك الأنامُ***قد تبدت حائرينَ
انتَ للرسل ختامُ***انتَ للمولى شكورُ
فيك قد احسنت ظني***يا بشير يا نذير
فيكَ يا بدر تجلّى***فلكَ الوصفِ الحَسينَ
ليسَ ازكى منكَ أصلاً*** قط يا جدّ الحُسيْنِ
فعليكَ الله صلّى***دائماً طولَ الدهور

Al-Barzanji juga dibacakan saat merayakan kelahiran seorang anak. Saat berdiri yang disebut dengan shalawat qiyam, atau mahallul qiyam, bayi yang lahir dibawa keluar, diperkenalkan.

Sementara karya Ad-Diba’i dalam bentuk puisi, berikut syairnya:
المولد الديبعي
بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
* ياربّ صلّ علي محمّد
* ياربّ صلّي عليه وسلّم
* ياربّ بلّغه الوسيله
* ياربّ خصّه بالفضيله
* ياربّ وارض عن الصحابه
* ياربّ وارض عن السلاله
* ياربّ وارض عن المشايخ
* ياربّ فارحم والدينا
* ياربّ وارحمناجميعا
* ياربّ وارحم كلّ مسلم
* ياربّ واغفرلكلّ مذنب
* ياربّ لا تقطع رجانا
* ياربّ ياسامع دعانا
* ياربّ بلّغنانزوره
* ياربّ تغشانابنوره
* ياربّ حفظانك وامانك
* ياربّ واسكنّاجنانك
* ياربّ اجرنامن عذابك
* ياربّ وارزقناالشهاده
* ياربّ حطنابالسعاده
* ياربّ واصلخ كلّ مصلح
* ياربّ وكف كلّ موءذي
* ياربّ نحتم بالمشفّع
* ياربّ صلّي عليه وسلّم
(اللهم صلّ وسلّم وبارك عليه)

Mohamad Guntur Romli

*Ditulis dalam perjalanan di atas pesawat dari Jakarta menuju Banyuwangi dalam perjalanan #SafariMaulid #YaNabiSalamAlaika #MaulidNabi #MaulidRasul #Mauludan di Situbondo, Bondowoso, Banyuwangi.

Sumber 

Recommended Posts