Isyana ingin seperti Hillary Clinton, politikus yang keibuan

Sederet predikat buruk yang disematkan pada para politikus Tanah Air tak menyurutkan niat Isyana Bagoes Oka terjun ke dunia politik. Namun justru citra buruk politikus jadi penyemangat Isyana untuk terus maju ke dunia yang baru dia jalani itu.

Untuk sosok politikus wanita, Isyana mengaku mengidolakan mantan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Hillary Clinton. Bukan tanpa sebab alumni Fisip UI ini mengidolakan Hillary. Saat Hillary berkunjung ke Indonesia beberapa waktu lalu, Isyana berkesempatan mewawancarainya secara khusus.

“Saya mengidolakan Hillary Clinton. Meskipun dia politisi handal, yang sekarang maju juga sebagai capres, pada saat bertemu langsung, aura keibuannya ada, dan sangat terasa,” kata Isyana dalam wawancara khusus dengan merdeka.com, minggu lalu.

Meskipun mengidolakan Hillary, namun Isyana mengaku tidak kepikiran mengikuti jejaknya sebagai calon presiden wanita. Bukan berarti tidak mampu, namun Isyana hanya ingin berkontribusi yang baik saja pada partainya, juga bangsa dan negara.

“Saya nggak mikir jadi presiden, tapi kita lihat lah satu demi satu saya jalani, sekarang sudah masuk di DPP, mudah-mudahan bisa berkontribusi yang baik, dan nantinya ke depannya akan ditugaskan seperti apa atau akan jalannya seperti apa nanti akan kita akan bicarakan lagi,” ujarnya.

Berikut wawancara lengkapnya:

Soal politisi perempuan, politik di Indonesia apakah welcome terhadap perempuan?

Mudah-mudahan, yang jelas kalau politisi banyak laki-laki, perempuan ada naluri keibuannya. Ya mudah-mudahan bisa mengangkat perempuan di Indonesia, juga anak. Kalau saya itu dari dulu konsen, kalau saya lihat ya anak-anak Indonesia sekarang coba tanya deh yang tahu lagu daerah, yang tahu lagu wajib, kayaknya sedikit sekali. Saya pernah ikut acara di salah satu stasiun TV, pada saat ada pertanyaan lagu daerah, lagu wajib nggak ada yang bisa jawab. Padahal kita dulu, ada bukunya. Kalau anak-anak kita nggak ada yang tahu lagu-lagu daerah, 10-20 tahun lagi siapa yang nyanyi, siapa yang tahu. Bukan hanya itu, cari buku cerita anak-anak di daerah susah. Kalau pun ada, lagu instrumen di belakangnya masih jedang jedung. Hal-hal kecil seperti itu saya konsen sekali. Saya nggak pengen nantinya generasi anak-anak kita nggak ada yang nyanyi lagu daerah dan lagu wajib, dan jadinya justru anak-anak nyanyi lagu-lagu yang bukan untuk anak-anak.

Jadi ingin lebih fokus ke hak-hak anak, perempuan, dan sebagainya?

Targernya sih seperti itu.

Punya tokoh politikus idola?

Saya mengidolakan Hillary Clinton. Meskipun dia politisi handal, yang sekarang maju juga sebagai capres, pada saat bertemu langsung, aura keibuannya ada, dan sangat terasa. Jadi ya sebenarnya banyak perempuan yang bisa maju dan berprestasi, mudah-mudahan saya juga bisa jadi salah satunya.

Ingin seperti Hillary Clinton juga?

Saya nggak mikir jadi presiden, tapi kita lihat lah satu demi satu saya jalani, sekarang sudah masuk di DPP, mudah-mudahan bisa berkontribusi yang baik, dan nantinya ke depannya akan ditugaskan seperti apa atau akan jalannya seperti apa nanti akan kita akan bicarakan lagi.

Menanggapi cibiran orang yang mungkin akan terjadi bahwa Isyana masuk parpol bermodalkan kecantikan saja dan sering nongol di TV?

Nggak apa-apa. Setiap orang punya hak berpendapat masing-masing. Kita lihat saja biar nanti waktu yang membuktikan apakah saya benar-benar sanggup, atau seperti yang dikatakan orang-orang itu.

Andai PSI gak lolos ferivikasi, apakah masih akan terjun di dunia politik?

Kalau sekarang saya nggak mau berandai-andai, lolos apa tidak. Tapi yang jelas kita kerja keras supaya lolos dan memperjuangkan apa yang kita lakukan. Terlalu dini untuk berandai-andai.

Ke depan akan narik wartawan lain untuk masuk PSI?

Kalau ada yang tertarik kenapa nggak, sesuai dengan mereka kenapa nggak. Tapi bukan berarti karena kita dari TV, orang TV semua yang kita tawari. Ini partai terbuka buat siapa saja. Kita bikin pendaftaran terbuka secara online di www.psi.id, itu sudah kita mulai. Itu bukan cuma untuk anggota, kita juga membuka peluang untuk volunteer. Karena nggak mudah bagi orang akhirnya, oke saya masuk sebagai anggota partai. Bagi yang seide sepemikiran itu bisa volunteer dulu. Dengan sebagai volunter itu bisa merasakan langsung bagaimana situasinya PSI. Kalau sreg ya jadi anggota.

Orang di belakang PSI siapa saja?

Sekarang yang pasti DPP ada 9, tapi ada beberapa konsultan juga untuk ngobrol-ngobrol, kebanyakan anak-anak muda. Tunggu ya, kayaknya ada yang belum keluar. Jadi saya menghargai juga kalau ada yang belum keluar, karena saya untuk memutuskan oke keluar di publik kan nggak gampang juga. Saya menghormati kalau masih ada yang mau membantu, dan belum terbuka ke masyarakat, jadi saya hargai.

Ada nggak yang menyayangkan Isyana masuk ke dunia politik, atau bahkan menghujat?

Yang menghujat belum, tapi sebatas good luck, tapi ada juga yang memberi masukan yang dalam, seperti “Harus tetep yang baik ya, karena politik kita tahu seperti apa.” Bahkan ada yang bikin saya terharu, karena kalimatnya begini: “Politik itu kotor, tapi meski itu di dalam lumpur kadang-kadang kita bisa menemukan mutiara.” Terharu loh, diibaratkan seperti itu kan terharu. Kebanyakan kalimat-kalimat seperti itu datang dari orang-orang yang cukup dekat dengan saya. Sampai saat ini kebanyakan, sebagian besar bahkan belum ada yang bilang: ngapain sih. Tapi di belakang saya nggak tau.

Ada komentar dari politisi partai lain?

Dulu pernah beberapa kali ditawari masuk parpol, tapi saya pikir kok kayaknya kurang pas. Tapi sampai saat ini nggak ada sih. Kalau pun ada politisi yang berkomentar lebih banyak menyemangati.

Recommended Posts