Grace Natalie, Lahirnya Srikandi Politik Baru Tanah Air

Beri aku 1000 orang, dan dengan mereka aku akan menggerakkan Gunung Semeru. Beri aku 10 pemuda yang membara cintanya kepada Tanah Air, dan aku akan mengguncang dunia.” –Ir. Soekarno

Keberadaan dan kiprah kaum pemuda tak dapat dipungkiri telah menjadi kunci yang membuka pintu-pintu perubahan sejarah di langit Indonesia. Mulai dari peristiwa Sumpah Pemuda, detik-detik proklamasi kemerdekaan, hingga munculnya era reformasi, semuanya merupakan sederet momentum yang diciptakan oleh kaum muda Indonesia.

Kini, setelah 70 tahun Indonesia merdeka, Ibu Pertiwi tak berhenti untuk melahirkan pemuda-pemudi baru yang punya cita-cita untuk memajukan Tanah Air. Salah satu dari tunas muda tersebut dapat kita temukan pada sosok Grace Natalie.

Terlepas dari segala atribut minoritas yang melekat di dirinya, perempuan kelahiran 4 Juli 1982 ini punya cita-cita mulia untuk mewujudkan Indonesia yang damai, bersatu, dan menghargai perbedaan. Untuk mewujudkan impiannya tersebut, ia membentuk sebuah partai politik bernama Partai Solidaritas Indonesia (PSI).

Bagai Srikandi, perempuan yang namanya mulai dikenal semasa menjadi jurnalis ini berusaha untuk mendobrak tapal batas dunia politik yang masih “dikuasai” oleh laki-laki. Ia hendak mengajak dan menyediakan sarana bagi para pemuda dan kaum perempuan untuk bersama-sama membangun masa depan yang cerah bagi Tanah Air.

Apa saja langkah konkret yang akan ia wujudkan untuk menggapai cita-citanya tersebut? Simak wawancara lengkapnya berikut bersama Perempuan.com.

Kata “politik” sebenarnya sudah melekat dalam diri Anda jika melihat kiprah Anda di dunia jurnalistik dan di lembaga konsultan politik. Kini Anda memutuskan untuk menjadi politisi tulen dengan membentuk sebuah partai. Sebenarnya apa sih yang menarik dari dunia politik di mata Anda?

Kalau pertanyaan ini ditanyakan pada saya setahun lalu, saya mungkin akan menjawab bahwa saya tidak tertarik untuk menjadi politisi apalagi membentuk sebuah partai. Apa yang kemudian membuat saya berubah pikiran adalah saya merasa miris dan sedih melihat orang-orang yang baik belum mendapat apresiasi yang layak dari partai politik.

Ketika mereka hendak mengikuti pemilihan kepala daerah apalagi pemilihan presiden, mereka tidak akan bisa maju apabila hanya bermodalkan kepemimpinan dan pribadi yang baik saja. Kebanyakan partai melihat hal lain, seperti kecukupan modal yang ia miliki. Ada “mahar” yang harus ia bayar.

Bahkan dalam sebuah kasus yang pernah saya temui, ada seorang klien yang menyediakan uang sebanyak belasan milyar. Apa yang terjadi? Uangnya diambil oleh partai tersebut tapi kemudian dukungannya tidak jadi diberikan.

Hal-hal seperti itulah yang membuat saya tergerak untuk menciptakan perubahan terhadap budaya yang tidak sehat tersebut. Kalau kita hanya sebatas mengkritisi dari luar tanpa berbuat apapun, kondisinya tidak akan berubah.

Dari situlah kemudian saya terpikir untuk membentuk sebuah wadah atau kendaraan bagi orang-orang yang punya kepribadian dan rekam jejak yang baik untuk maju sebagai pemimpin.

Anda terbilang nekad karena di usia muda sudah berani mendirikan sebuah partai. Tidakkah terlintas di benak Anda untuk bergabung dengan partai yang sudah ada saja dulu?

Saya sudah pernah ditawari oleh beberapa partai yang sudah ada dan saya tidak tertarik. Karena saya mau berbuat apa di sana? Mereka sudah berdiri sekian lama dan punya kultur tersendiri, termasuk budaya negatif yang sempat saya sebutkan tadi. Jadi mustahil rasanya apabila saya seorang diri bisa merubah kebiasaan buruk yang ada di lingkungan tersebut sementara orang-orangnya tidak memiliki visi yang sama dengan saya.

Akan lebih mungkin apabila kita membangun sesuatu dari nol, dengan mengumpulkan orang-orang baru yang belum terkontaminasi dengan kultur tersebut. Kita tanamkan nilai-nilai positif dan menciptakan budaya kita sendiri. Itu akan lebih realistis ketimbang mengubah apa yang sudah ada.

Bagaimana tanggapan orang-orang terdekat Anda terhadap keputusan yang Anda buat ini?

Sedari awal saya tak lupa melibatkan orang-orang terdekat saya dalam mengambil keputusan. Mereka pada awalnya tidak langsung setuju. Namun setelah mereka melihat bagaimana tekad dan proses yang saya jalani bersama kawan-kawan di PSI, mereka mau mengerti dan bahkan sekarang sudah dalam tahap mendukung.

Suami saya misalnya. Ia tak hanya mendukung secara moral, namun ia juga sudah mau untuk ikut berkontribusi. Website PSI adalah hasil kontribusi suami saya. Bukan paksaan dari istri, melainkan panggilan dari hati.

Bisa disebutkan apa kekuatan utama yang membedakan PSI dengan partai lain?

DNA-nya PSI adalah kebajikan dan keragaman. Kita di sini mempunyai tujuan yang baik. Mungkin ada sebagian orang yang meragukan niat kami. Mereka khawatir bahwa PSI tak berbeda dengan partai lain yang jargonnya anti korupsi namun ujung-ujungnya terlibat skandal korupsi juga.

Dari situ kami membuat terobosan. Tak seperti partai lain, kami hendak memisahkan antara kader yang merupakan pengurus partai dengan kader yang menjadi anggota dewan atau menteri. Jadi tidak ada istilah rangkap jabatan.

Bila ada kader kami yang menjadi anggota dewan, ia bisa berfokus dalam melaksanakan tugasnya sebagai wakil rakyat. Yang menjadi pengurus harian partai juga bisa fokus untuk mengawasi kinerja para kader PSI yang berkiprah di lembaga pemerintah. Hal tersebut kami yakini bisa meminimalisir konflik kepentingan yang belakangan menjadi salah satu pemicu utama tindakan korupsi.

Kalau dari segi misi apa yang membedakan?

Kami ingin mendorong, menyemangati, dan menginspirasi anak-anak muda serta kaum perempuan untuk berani terjun dan berpartisipasi membangun bangsa. Banyak karya anak muda kita yang bagus dan bahkan kualitasnya diakui sampai ke luar negeri. Namun ketika diajak bicara soal politik mereka pada ilfeel semua. Bisa dipahami memang, karena imej politik sendiri sudah terlanjur dicap jelek.

Di sinilah kami hadir untuk mengubah persepsi tersebut, bahwa politik itu sebenarnya tidaklah jahat. Kami ingin menjadi kendaraan bagi orang-orang muda yang punya niat baik untuk maju menjadi wakil rakyat atau kepala daerah.

Kemudian kami memperjuangkan kuota keterwakilan perempuan di parlemen agar bisa lebih dari 30%. Di sini kami memang memberikan perhatian yang lebih pada kaum perempuan. Sampai ke daerah, kami keukeuh untuk mencari dan melibatkan perempuan untuk masuk di struktur organisasi kami.

Kenapa kami concern untuk menarik partisipasi perempuan di politik? Kita lihat saja kiprah perempuan di DPR. Sudah jumlahnya sedikit, kebanyakan dari mereka malah ditugaskan di komisi-komisi yang urusannya terlalu umum, seperti urusan anak, perempuan, dan tenaga kerja.

Jarang sekali perempuan yang ditugaskan di komisi hukum, kebijakan luar negeri, serta pertahanan dan keamanan. Itulah yang akhirnya mendorong kami untuk memberikan perhatian yang lebih kepada kiprah kaum perempuan di parlemen.

Kenapa memilih nama Partai Solidaritas Indonesia?

Karena itulah yang paling mencerminkan kami. Solidaritas. Di DPP PSI sendiri saat ini ada 6 orang  perempuan dan 3 laki-laki. Yang perempuan lebih banyak daripada yang laki-laki. Ada yang beragama Islam, Kristen, dan Hindu. Di PSI, keragaman ini tak hanya sekadar diakui, namun juga dirayakan.

Dan bentuk solidaritas paling konkret yang saya lihat adalah para prianya ini berbesar hati untuk mendaulat rekannya yang perempuan untuk menempati posisi yang penting. Mereka yang laki-laki tidak ada yang keberatan dan berkenan untuk memberikan dukungan penuh kepada saya untuk menjadi ketua umum.

Saya yang notabene seorang perempuan, non muslim, keturunan Tionghoa pula, bisa dipercaya untuk mengemban jabatan sebagai ketua umum. Ini bagi kami adalah bentuk solidaritas tertinggi.

Apakah Anda tidak khawatir apabila atribut minoritas yang melekat dalam diri Anda tersebut akan menjadi pengganjal bagi karir politik Anda?

Tidak masalah. Saya sadar pasti ada yang menerima dan ada yang menolak. It’s okay. Namun saya yakin pola pikir masyarakat kita sekarang sudah pelan-pelan berproses. Pembelajaran politik yang baik sedang kita terima melalui sosok Ahok, Gubernur DKI Jakarta.

Sedari awal ia diserang terus oleh lawan-lawan politiknya sampai saat ini soal isu SARA. Namun kini sebagian besar masyarakat pola pikirnya tidak terpatok di situ. Pada akhirnya mereka lebih melihat akan kinerja dan substansi kebijakan yang dilakukan oleh Ahok.

Jadi saya pikir kalau ada yang melihat saya hanya dari atribut yang melekat ya silakan saja. Itu hak mereka. Yang penting saya akan membuktikan kapasitas saya melalui pekerjaan yang saya lakukan.

Bagaimana dengan soal jam terbang? Ada sebagian kalangan yang menilai Anda dan rekan-rekan Anda di PSI masih terlalu muda dan belum memiliki jam terbang yang mumpuni untuk menjalankan sebuah partai. Tanggapan Anda sendiri bagaimana?

Saya justru melihat itu sebagai suatu kekuatan, bukan kelemahan. Kenapa? Karena itulah yang membedakan kami dengan partai-partai lain yang sudah lama berdiri. Idealisme kami masih murni dan belum terkontaminasi.

Kemudian, apabila kepercayaan publik terhadap sebuah partai hanya diukur dari tingginya jam terbang atau usia partai tersebut, harusnya yang menang pemilu ya partai yang itu-itu saja, seperti Golkar, PDI-P, dan PPP. Namun pada nyatanya beberapa waktu lalu ada Partai Demokrat yang notabene merupakan partai baru, bisa memperoleh suara terbanyak.

Fungsi utama partai adalah sebagai wadah untuk menyampaikan aspirasi rakyat. Tentang bagaimana cara manajemen partai itu sendiri tidak ada ilmu pastinya. Itu semua dilewati dengan proses setahap demi setahap.

 

Recommended Posts