Grace Natalie dan Cita-cita Terdalamnya untuk Indonesia

Dalam artikel lanjutan wawancara dengan Grace Natalie ini, Grace menyampaikan sudut pandangnya akan makna kemerdekaan yang hakiki, masalah apa yang menjadi prioritas untuk dituntaskan oleh negara, dan impian terbesar yang ia miliki untuk Indonesia.

Yuk, simak kelanjutan wawancara Perempuan.com dengan Grace Natalie berikut.

Kebanyakan perempuan dan pemuda sekarang cenderung apatis terhadap politik. Sementara Anda sempat menyebutkan bahwa partai Anda menyasar suara mereka. Usaha apa yang akan Anda lakukan untuk menarik minat dan partisipasi mereka?

Kami memulainya dari diri kami sendiri. Untuk menarik minat dan partisipasi kaum pemuda dan perempuan, PSI sendiri punya dua peraturan utama. Pertama ialah usia pengurusnya maksimal 45 tahun. Kedua, tidak pernah jadi pengurus harian yang aktif di partai lain. Kalau kami mencitrakan diri sebagai partainya anak muda tapi pengurusnya sudah tua semua apa gunanya?

Kemudian yang menjadi kendala bagi perempuan untuk aktif di politik itu adalah soal membagi waktu antara urusan rumah tangga dengan urusan partai. Terlihat simpel memang, tapi itu merupakan hambatan yang cukup sulit bagi perempuan. Banyak rapat-rapat politik yang berlangsung hingga tengah malam. Hal itu jelas tidak membuat mereka nyaman. Selain dari segi keamanan, bagaimana nasib keluarganya? Suami dan anaknya siapa yang mengurus?

Karena itulah, di PSI kami selalu mengusahakan agar kegiatan rapat dan bertemu orang berlangsung maksimal hingga sore hari. Ini dilakukan agar kader-kader partai yang perempuan bisa segera pulang untuk mengurus keluarga. Jadi kami di sini ingin menciptakan lingkungan organisasi yang ramah terhadap perempuan.

Kalau dari diri Anda sendiri, bagaimana cara Anda membagi waktu antara keluarga dengan pekerjaan?

Caranya mau tidak mau ya saya harus benar-benar taktis dalam mengatur waktu. Sebisa mungkin saya tidak menunda pekerjaan. Ini supaya keesokan harinya saya bisa ada waktu yang lebih luang dengan keluarga.

Kemudian efisiensi waktu dan energi juga perlu. Terkadang pekerjaan bisa dilakukan dari rumah. Kegiatan rapat misalnya. Kan rapat tidak selalu harus bertemu secara fisik. Dengan teknologi yang ada sekarang pun kita juga bisa komunikasi dengan rekan sejawat.

So far cara itu saya rasa cukup berhasil karena belum ada yang komplain. Suami tidak mengeluh. Anak saya juga belum memanggil saya “tante”. Dia masih senang saat melihat saya. Jadi masih on the track.

Nama Anda mulai dikenal publik ketika berkiprah sebagai jurnalis. Apakah pengalaman tersebut Anda rasa akan membantu mempersiapkan Anda mengarungi kerasnya dunia politik?

Pengalaman sebagai wartawan saya rasa membantu mempersiapkan saya secara mental. Saya jadi terbiasa untuk melihat hal dari berbagai sisi dulu sebelum mengambil keputusan. Kemudian dari sisi networking juga menjadi modal.

Berbeda dengan beberapa partai lainnya, saya dan kawan-kawan di PSI masih belum punya media. Namun sebagai wartawan, kami terbiasa untuk membangun jaringan. Kami terbiasa untuk mencari dan menjalin pertemanan. Semakin banyak teman berarti akan semakin banyak pula yang mengenal saya dan PSI. Itulah mungkin bekal yang saya dapatkan ketika berkarir sebagai jurnalis dan yang bisa saya aplikasikan sekarang.

Bicara soal Hari Kemerdekaan. Apa makna kemerdekaan bagi Anda?

Merdeka bagi saya dan teman-teman di PSI adalah merayakan dan menghargai keberagaman. Saya melihat kita masih belum merdeka secara keberagaman. Orang yang “berbeda” seringkali dianggap salah. Padahal, perbedaan itu sendiri sudah ada dan tercipta ketika kita sama-sama melepaskan diri dari penjajahan dan berdiri sebagai sebuah negara.

Kalau bisa ditarik kesimpulan dari pernyataan Anda tersebut, berarti Indonesia masih belum benar-benar merdeka?

Merdeka dari penjajahan sudah. Namun merdeka dalam mengekspresikan diri kita sesuai dengan kepercayaan yang kita yakini saya lihat masih belum sepenuhnya terwujud.

Masih sering kita temui bahwa ada individu dan golongan tertentu yang melakukan pemaksaan dan intimidasi kepada orang-orang yang punya ideologi yang berbeda dengan mereka. Padahal sedari awal sejak negara Indonesia terbentuk kita sudah memiliki unsur-unsur yang berbeda. Kenapa kemudian harus disamakan setelah 70 tahun negara ini berdiri?

Dari sederet persoalan yang membelenggu negara kita sekarang, masalah apa yang menurut Anda paling mendesak untuk dibenahi?

Saya rasa hukum dan pemberantasan korupsi mendesak untuk diselesaikan. Harus ada kepastian hukum yang bisa diberikan oleh lembaga penegak hukum, seperti KPK yang saat ini mungkin menjadi lembaga yang paling dipercaya masyarakat. Ini penting, karena korupsi itu sendiri lebih jahat daripada narkoba.

Kemudian masalah pendidikan juga krusial. Pengalaman saya sebagai konsultan politik melihat sendiri, bahwa orang-orang yang tingkat pendidikannya rendah itu rentan dipengaruhi dan dimobilisasi oleh pihak-pihak tertentu untuk mendapatkan suara dalam pemilihan kepala daerah. Akhirnya calon kepala daerah yang bagus namun dananya terbatas gagal jadi pemenang. Hal-hal seperti inilah yang kemudian membuat negara kita sulit untuk berkembang.

Bicara soal tokoh atau pahlawan nasional, siapa yang paling menginspirasi Anda?

R.A. Kartini. Saya melihat dia merupakan seorang pendobrak di masanya. Pada zaman itu kaum perempuan di Indonesia diidentikkan dengan urusan dapur saja. Namun Kartini berani untuk menulis ide dan pemikirannya yang progresif, hingga akhirnya ia bisa menginspirasi perempuan-perempuan lain di masanya untuk mengembangkan diri dan menggapai cita-citanya.

Saat ini apa harapan atau impian terbesar yang Anda miliki untuk Indonesia?

Saya ingin melihat lebih banyak anak muda dan kaum perempuan bisa tergerak dan mau untuk ikut memberdayakan masyarakat. Saya ingin agar mereka berkenan untuk memberikan kontribusi bagi negara melalui keahlian mereka masing-masing dan menciptakan perubahan.

Satu contoh, misalnya mereka punya keahlian di bidang IT, mereka bisa mengembangkan teknologi smart city. Hal semacam itu tentu akan bermanfaat bagi orang banyak. Namun itu semua sedikit banyak bergantung kepada pemimpinnya. Apakah si pemimpin mau untuk memfasilitasi dan memberikan kesempatan bagi anak-anak muda untuk berkarya? Inilah salah satu hal yang akan saya perjuangkan bersama teman-teman di PSI.

Anda terkesan lebih fokus untuk bekerja di belakang layar dengan menyediakan sarana bagi orang-orang yang ingin menjadi pemimpin. Apakah Anda sendiri tidak punya keinginan untuk jadi aktor utama di panggung politik? Tidakkah Anda memiliki cita-cita pribadi, seperti jadi Presiden mungkin?

Saya tidak ada ambisi ke sana. Kalau saya punya keinginan untuk mengusung diri saya pribadi, maka hal itu tidak akan membuat PSI berbeda jauh dengan beberapa partai lain yang dibentuk hanya untuk mengusung figur tertentu. Jadinya malah kontraproduktif dengan misi partai saya.

Tujuan saya murni untuk menyediakan wadah bagi orang-orang muda untuk berkumpul dan membuat perubahan bersama-sama. Saya ingin memberikan kesempatan bagi orang-orang yang berkualitas dan punya niat baik untuk maju menjadi pemimpin.

Melihat rekam jejak karir Anda, bisa dilihat bahwa Anda merupakan sosok perempuan smart yang berani mengambil risiko. Bagi para perempuan yang sedang mengejar cita-cita mereka dan menjadikan Anda sebagai inspirasi, pesan apa yang bisa Anda sampaikan?

Kalau saya pribadi, apapun yang saya kerjakan, saya selalu berusaha untuk do the best. Terdengar klise memang. Namun saya yakin apabila kita berbuat yang terbaik, pintu-pintu akan terbuka.

Misalnya, mungkin Anda merasa kinerja Anda tidak begitu dihargai di tempat Anda bekerja sekarang. Tapi kalau Anda bekerja sepenuh hati, bisa jadi akan ada orang atau pihak lain yang tidak Anda duga yang kemudian justru lebih menghargai dan membukakan pintu bagi Anda.

Jika kita mengerjakan sesuatu dengan 100%, maka pasti cepat atau lambat, kesempatan dan tawaran yang lebih baik akan datang kepada kita.

Recommended Posts