Diskusi “Rembuk Rakyat PSI,” Pakar: Kandidat Capres Harus Lebih Baik dari Jokowi

Kepala Laboratorium Psikologi Politik UI, Hamdi Muluk, mengatakan bahwa kandidat yang bakal maju pada Pilpres 2024 harus lebih baik dari Presiden Jokowi. Demikian dia sampaikan dalam diskusi online “Mencari Presiden” yang digelar Dewan Pimpinan Pusat Partai Solidaritas Indonesia (DPP PSI).

“Pekerjaan kita bukan mencari siapa yang menggantikan Jokowi, tapi siapa Presiden selanjutnya yang lebih baik dari Jokowi. Nah, tugas kita mendorong orang-orang terbaik di republik ini untuk diajukan kepada pemilih dan itu tanggung jawab bersama,” kata dia, Senin 7 Maret 2022.

Hal itu, lanjut Hamdi Muluk, penting karena posisi Presiden dalam sistem presidensialisme yang diterapkan di Indonesia, sangat kuat. Selain menjadi kepala negara, Presiden juga merangkap kepala pemerintahan yang menentukan hajat hidup seluruh rakyat.

Karena itu, Hamdi Muluk menawarkan parameter dan kerangka untuk mengukur kepemimpinan politik yang lazim dipakai di seluruh dunia. Salah satu kajian yang dia rujuk adalah The Presidential Difference (Fred Greenstein, 1966).

Dari kajian itu, menurut Hamdi Muluk, ada sejumlah aspek yang harus dilihat dari seorang kandidat untuk menentukan apakah yang bersangkutan layak atau tidak untuk dipilih menjadi Presiden.

Aspek pertama adalah kemampuan komunikasi publik. Yang kedua, kemampuan governability atau kemampuan untuk mengelola organisasi, birokrasi, dan pemerintahan.

Aspek ketiga, kata dia, yaitu kemampuan untuk menghasilkan gagasan visi politik yang kuat, jelas, realistis dan argumentatif. Keempat yakni politik riil sebagai aktor politik.

Parameter kelima yaitu, kemampuan kognitif atau intelektual. Dan aspek keenam, lanjutnya, kemampuan untuk menerima, menilai, mengelola serta mengontrol emosi diri dan orang lain di sekitarnya.

“Kepemimpinan presidensial/politik yang berhasil itu memang selalu menyiratkan kemampuan untuk berempati sosial dan keberanian (mengambil keputusan),” papar anggota tim seleksi (Timsel) Komisioner KPU dan Bawaslu periode 2022 – 2027 itu.

Namun, melampaui perdebatan tentang semua aspek di atas, Hamdi Muluk menekankan kandidat Capres 2024 mendatang haruslah memegang teguh ideologi Pancasila.

“Kita harus pastikan bahwa Presiden itu punya pegangan ideologi yang kuat. Dalam konteks Indonesia, gak bisa ditawar-tawar itu NKRI dan Pancasila. Kalau Presiden gak punya komitmen ideologi seperti itu (NKRI dan Pancasila), gawat kita,” ucapnya.

Selain mengundang Hamdi Muluk, diskusi yang dimoderatori Juru Bicara DPP PSI Ariyo Bimmo itu turut menghadirkan Direktur Eksekutif Yayasan Indonesia CERAH, Adhityani Putri, sebagai pembicara.

Dalam paparannya, perempuan yang kerap disapa Ditri itu menyebut pentingnya memilih Presiden yang memandang krisis iklim sebagai permasalahan genting untuk segera diselesaikan.

“Bagi kami, krisis iklim itu penting banget ya untuk diatasi bersama-sama secara global dan Indonesia itu harus menjadi pemimpin gitu kan, dalam upaya mengatasi krisis iklim,” ujar peraih gelar Master of Arts dalam bidang Climate Change Policy and Economics dari The Australian National University itu.

Dalam isu ini, Ditri yakin Indonesia mampu menjadi negara yang memimpin penanganan krisis iklim. Sebab, Indonesia punya modal penting, misalnya, kaya akan energi terbarukan, memiliki beragam kearifan lokal dan menyimpan banyak sumber daya mineral langka yang dibutuhkan dunia.

Pada kesempatan yang sama, Ditri pun menyoroti pergeseran preferensi politik pemilih. Isu krisis iklim, kata dia, bakal jadi tema menarik mengingat pemilih muda dan pemilih pemula diprediksi mendominasi suara di Pemilu 2024.

“Mereka (pemilih pemula) itu udah educated banget, yang mereka inginkan itu visi, seperti visinya Elon Musk soal mobil listrik, visinya Bill Gates soal global vaccination access. Visi besar Indonesia itu musti ke mana dalam mengatasi krisis iklim ini,” urainya lagi.

Di samping itu, dari tahun ke tahun, Ditri juga melihat pemilih cenderung mencari pemimpin dengan visi yang kuat.

“Memiliki visi adalah salah satu komponen penting dari strong leadership. Pemimpin nggak akan kelihatan kuat kalau dia nggak punya visi besar, makanya kan di era Presiden Jokowi, visi Indonesia Emas 2045, itu kan visinya beliau, itu kuat sekali,” pungkasnya.

Diskusi ini merupakan bagian dari “Rembuk Rakyat” yang diinisiasi PSI untuk mendengar suara warga tentang kandidat penerus kepemimpinan Presiden Jokowi. Warga bisa ikut berpartisipasi dengan mengakses rembukrakyat.psi.id.

 

 

Recommended Posts